Salam sehat kompasiana.
Ini kisah bermula pada kemarin pagi. Mendadak saya mendapat konfirmasi dari bapak Kanny Hidaya (Dewan Syariah Nasional MUI) untuk bertemu pd hari rabu ini. Terkait masa depan skripsi/tugas akhir saya.
Maka momentum ini tidak ingin saya lewatkan begitu saja. Karena hanya pada setiap hari rabu saja para pakar syariah tersebut berkumpul. Maka saya siapkan segera untuk meluncur ke jakarta.
Tiket bis saya tebus pagi itu juga untuk keberangkatan saya sorenya. Alhamdulillah masih ada. Dgn bekal segepok buku dan 2 pasang pakaian, seberat otak, saya berangkat meninggalkan kota jogja. Perjalanan saya sungguh nikmat sekali. Termasuk beberapa kejadian yg akan saya ceritakan terpisah. Tiba di kota jakarta pukul 5 pagi, sebelum kemudian saya lanjutkan ke bogor dahulu untuk bertemu dgn nenek, ibunda dan adik2 saya. Setelah turun di terminal baranang siang, saya menyusuri jalan untuk mencari angkutan umum menuju gunung batu. Hingga di depan patung kujang (begitu orang bogor menyebutnya, patung pertigaan dekat tol jagorawi). Saya sejenak makan bubur ayam depan restoran cepat saji. Sungguh ada kejadian yg merusak idealisme saya di depan resto cepat saji itu pada pagi hari. Tapi saya skali lagi tidak akan mengotori kisah ini, dengan sederet sumpah serapah saya terhadap kejadian itu. Singkatnya, saya berhasil menemukan kendaraan angkutan umum jurusan bubulak. Cukup mudah. Karena selain kota hujan, kota bogor juga mendapat julukan kota angkot/angkutan umum. Itu kata teman saya yang di bogor. Tibalah saya di rumah nenek sekitar 15menit perjalanan. Saya bergegas untuk mandi dan berkemas untuk menuju kembali ke jakarta pusat, depan tugu proklamasi. Tempat bersejarah, begitu kata pedagang disana. Mungkin saya kurang paham ttg keberadaan tugu tersebut.
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H