Mohon tunggu...
Bahrum Ramadhan S
Bahrum Ramadhan S Mohon Tunggu... -

Tidak ada yang istimewa, hanya mencoba menulis sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

C e m b u r u

4 Februari 2010   04:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Terjadilah perdebatan diantara tiga orang pemuda yang membicarakan seorang gadis pujaannya. Setiap orang dari mereka yakin dengan pengalamannya. Pemuda yang berbadan gemuk berbicara lantang

“Gadis itu hanya menyukai lelaki yang gemuk seperti aku, aku yakin bagaimana kami saling mencintai selain itu aku gemuk karena agar aku mendapatkan kepantasannya”,

“Huh mana mungkin ia mencintai lelaki gemuk sepertimu, gadis itu ramping lemah gemulai cocoknya dengan aku, aku yakin bagaimana ketika kami bertemu disampaikannya semua perasaan itu” sergah lelaki yang berbadan kurus tanda tidak terima apa yang di ucapkan temannya

“Sesungguhnya gadis itu hanya mencintai aku , karena aku kaya. Sudah berapa banyak biaya yang aku keluarkan agar kami bisa bertemu tapi tidak membuat aku jatuh miskin dan jika saja kalian berdua tahu bagaimana kami saling menyapa….”

“Tidak mungkin, bohong besar itu! ”, potong lelaki gemuk saat belum selesai lelaki kaya berbicara.

Keadaan menjadi sunyi, perdebatan dilanjutkan dalam diam

“Kasihan kalian berdua, tunggu saja bila waktunya tiba, aku sang pemenang” lelaki kurus mendengus

“Seandainya kalian berdua tahu, bahwa kalian hanyalah tersanjung, tak lebih dari itu…hmm kasihannya…” lelaki gemuk menikmati minumannya sampai habis

“Tidak mungkin, jelas ini keliru, cintanya hanya untukku tidak untuk yang lain…kasihan kalian” lelaki kaya  menatap keluar jendela

Tepat diantara tiga orang pemuda itu berada, seorang lelaki biasa tidak gemuk dan tidak kurus, tidak ada kenampakan kalau dia kaya maupun miskin, diam – diam menguping secara tidak sengaja apa yang telah mereka bicarakan dari kursi dan mejanya tepat berada di depan meja ketiga pemuda itu. Ia lalu berbisik dalam hatinya :

“Aku kenal gadis yang kalian bicarakan, jika kalian bertiga mencintai gadis itu, aku juga…kutemukan gadis itu pada diri kalian, mencintai kalian bertiga adalah mencintainya, mencintainya adalah mencintai kalian bertiga…” kemudian pria itu tertunduk memandang dirinya dari gelas yang sangat bening dan isinya hampr kosong..

“jika cintanya seperti lautan, apalah daya wadah yang aku miliki sekarang hanyalah sebesar gelas ini…maafkan aku…” Pria itu lalu pergi meninggalkan para pemuda yang masih melanjutkan perdebatannya yang entah sampai kapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun