Mohon tunggu...
Bahrum Ramadhan S
Bahrum Ramadhan S Mohon Tunggu... -

Tidak ada yang istimewa, hanya mencoba menulis sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jalan yang Tertunda

1 Februari 2010   17:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:08 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang menghindari penyakit lari dari desanya yang terkena wabah. Sesampainya di hutan, ia

bertemu dengan harimau yang sedang lapar. Sang harimau kemudian mengejarnya. Tunggang langgang

perasaan takut dan terdesak membuat ia tak sadar menyusuri jejak semula, kembali ke rumahnya.

.

.

Keesokan harinya ia mencoba melarikan diri menyusuri sungai. Namun seketika sungai menjadi kering

tak berair. Ia pun ingin belajar terbang, “tapi mana ada burungyang mau mengajariku “ pikirnya.

.

.

Sampai akhirnya semua warga kampung meninggal satu persatu, ia pun yang menggali kuburannya satu

persatu. Tak ada sesiapa. Ia tak ingin mayat – mayat itu hidup dan memaksa kepadanya, lebih dari itu

karena ia sangat menyayangi dan menghormati mereka.

.

.

Seandainya ia tahu, bahwa setelah itu sang harimau sudah enyah dari hutan. Air pun mengalir deras di

sungai, begitu jernih berbayang burung – burung mengepakkan sayap - sayapnya, berkicauan

mengucapkan salam kepada pemuda yang selamat itu, “Sekarang, kau boleh pergi kemana engkau

suka”

.

.

.

Jika waktunya memang sudah harus terbakar, tak ada jalan selain harus merasakan panasnya

.

Salam,

Bahrum , 010210

Ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun