Mohon tunggu...
Bahrul Haer
Bahrul Haer Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Siswa SMK MATLABIL HUDA Pandeglang-Banten\r\nkunjungi BLOGku di : http://haerbahrul.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Drama

Di Bawah Lindungan Ka'bah

26 Maret 2012   11:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:27 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

menonton film di bawah lindungan ka'bah menyimpan banyak geregetan, entah itu kurang puas dengan sosok hamid sebagai cowok dan sama si jainab sebagai perempuan. mungkin ini gaya orang dulu dalam bercinta dan bagaimana seharusnya CINTA tidak dipaksakan ketika harus dibenturkan dengan sebuah status sosial, apalagi karena sudah dianggap sebagai kelurga sendiri.

sebagai penonton, saya merasa geregetan seharusnya hamid itu mampu tegas dan mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak sama-sama tersiksa. Pertama, jika ia merasa yakin dengan jainab kenapa tidak mangungkapkan adari awal. foto ini, yang saya ambil adalah ketika sebelum hamid berangkat ke towalib. pada saat itu jainab menginginkan jawaban dari hamid. (perempuan butuh pengakuan/ketegasan). jainab sudah menjurus kearah pembicaraan yang khusus "hamid apa cita-cita terbesar kau??" seharsunya jawaban yang diinginkan jainab adalah "menkahi dirimu dan hidup bersama dirimu". tetapi hamid malah mengatakan "cita-cita terbesarku adalah naik haji".

karena mendengar hal itu jainab langsung membalikan badan dan mengatakan "... aku minta engkau mendoakan ku untuk bisa menikah dengan orang yang aku cintai". lagi-lagi jainab juga salah.. seharusnya jangan berhanti untuk meyaknkan hamid... seharusnya pada waktu itu jainab mengatakan "... izinkanlah aku untuk menemani dirimu naik haji bersama mu".

Nah, kalo redaksinya bisa diubah dari awal mungkin tidk akan menjadi seperti cerita ini. Kedua, jika tidak yakin seharusnya hamid melupakan jainab dan mencari pengganti dirinya (jainab) toh perempuan itu tak cuma hanya satu... dan memberikan pengertian yang sama kepada jainab, dengan demikian pasti jainab juga akan mencari lelaki yang lain, atau malah menerima lamaran si Arifin.

kesalahan inilah yang ada dalam cerita ini, jika saya sutradaranya maka saya akan ubah ceritanya... jainab dan hamid mati konyol....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun