Mohon tunggu...
Bahrudin Achmad
Bahrudin Achmad Mohon Tunggu... Penggiat Pendidikan -

Maaf, saya sedang berselingkuh dengan kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Polemik Bahasa Doa Nabi Saw Menyambut Bulan Rajab

29 Maret 2017   11:43 Diperbarui: 4 April 2017   17:11 1454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang Muslim, tentu kita tidak asing dengan doa Nabi yang kerap di share diberbagai media sosial dalam menyambut datangnya bulan Rajab. Doa tersebut kerap dibaca di masjid-masjid kampung menjelang shalat Magrib sambil diiringin dengan puji-pujian shalawat. Terdapat perbedaan pembacaan dalam membaca doa tersebut. 


Perbedaan bacaan tersebut hanya terletak pada kalimat "Fii Rojaba" dan "Fii Rojabin". Sehingga memunculkan perdebatan, manakah yang benar, apakah dibaca "FII ROJABA" atau "FII ROJABIN"???.

Terdapat perdebatan diantara kalangan Ahli Nahwu (Linguist) Bahasa Arab mengenai pembacaan tersebut. Akan kita urai satu persatu, biar kelak tidak terjadi perdebatan hanya karena kalimat yang dibaca berbeda tersebut. Menurut Al-Danûsyirî, sebagaimana dikutip oleh Muhammad bin 'Alî al-Shabbân dalam Hâsyiyah al-Shabbân, bahwa lafadz "ROJAB" dalam bahasa Arab memiliki 2 (dua) bentuk, yaitu :

  1. Jika yang dimaksud "ROJAB" itu adalah bulan ROJAB tertentu, maka lafad "Rojab" itu termasuk dalam kategori ISM GHAIRU MUNSHARIF (isim yang tidak bisa menerima tanwin).
  2. Namun ketika yang dimaksud dengan lafad "Rojab" itu adalah bulan Rojab secara umum, maka lafad "Rojab" termasuk isim munsharif (isim yang bisa menerima tanwin). 

Kemudian muncul pertanyaan "Jika memang lafadz "Rojab" itu termasuk Ism ghairu munsharif, lalu 'illatnya apa?" Maka jawaban illatnya adalah "lil 'alamiyyah ma'al 'udul". Hal ini seperti tertulis dalam Kitab Alfiyyah Karya Ibnu Malik :

ro-58db311e43afbdb8096fd1a4.jpg
ro-58db311e43afbdb8096fd1a4.jpg
Pada bait Syair Al-Fiyyah di atas illat 'alamiyyah ma'al 'udul ini, yaitu lafad "Sahar" (waktu sahur atau waktu sebelum Shubuh).  Sama dengan lafad "ROJAB", bahwa lafadz "Sahar" juga berstatus sebagai isim ghairu munsharif jika yang dimaksud adalah waktu sahur tertentu. Nampaknya Al-Danûsyirî menyamakan lafad "Rajab" dengan lafad "Sahar", sehingga status keduanya adalah isim ghairu munsharif ketika yang dimaksud adalah waktu tertentu.

Sehingga, ketika kita membaca doa Nabi SAW di atas, kemudian dalam hati "gretek/bermaksud" agar kita diberkahi di bulan Rajab tahun ini, maka kita membacanya "FII ROJABA", dibaca fathah, dikarenakan lafad "ROJABA" berkedudukan sebagai isim ghoiru munsharif yang. Maka sesuai kaidah bahasa Arab, isim ghairu munsharif akan dibaca fathah ketika dibaca jer, kecuali pada kondisi tertentu.  Sebagaimana ungkapan Ibnu Mâlik  وجر بالفتحة ما لا ينصرف.... dan Imam Yahyâ al-Imrithî  واخفض بفتح كل ما لا ينصرف.

Sebaliknya, ketika kita tidak mengkhususkan keberkahan  di bulan Rajab tahun ini saja, tapi bulan Rajab secara umum, maka kita membacanya "FII ROJABIN", dengan harakat kasratain sebab kata "ROJABIN" di sini termasuk ke dalam Ism Munshorif (menerima perubahan).

Akan tetapi, pendapat Al-Danûsyiritersebut disanggah oleh Al-Zarqânî.Al-Zarqânî berpendapat bahwa lafad "Rojab" itu termasuk Ism munsharif, meskipun yang dimaksud adalah bulan Rajab tertentu. Maka ketika diterapkan dalam doa di atas, bacaan yang benar adalah "FII ROJABIN", baik si pembaca doa itu ber"gretek/bermaksud" bulan Rajab tertentu atau tidak.

Kesimpulan akhir, membaca doa Nabi SAW tersebut, baik dibaca "FII ROJABA" atau "FII ROJABIN" sama-sama diperbolehkan atau dibenarkan. Tidak perlu memunculkan masalah baru dalam pembacaan doa tersebut. Sekian.... semoga tidak menimbulkan polemik. Sudahkah kita menyambut Sang Rajab dengan doa-doa yang kita panjatkan?? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun