Mohon tunggu...
Bahrudin Achmad
Bahrudin Achmad Mohon Tunggu... Penggiat Pendidikan -

Maaf, saya sedang berselingkuh dengan kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setan & Malaikat Dalam Diri Manusia

6 Juni 2017   20:00 Diperbarui: 6 Juni 2017   20:58 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya masih ingat Kyiai kampungku pernah berkata: "Bahwa semakin 'alim seseorang maka semakin 'alim pula setan yang menggodanya". 

Dalam ilmu kejiwaan bahwa kemampuan seseorang melakukan kebaikan akan berbanding lurus dengan kemampuannya melakukan keburukan. Dengan kata lain, semakin tinggi kemampuan seseorang dalam melakukan kebaikan; maka pada saat yang sama pada diri orang tersebut tersimpan kemampuan potensial untuk melakukan hal-hal yang sebaliknya. Mungkin, bagi kita tidak mudah menerima pernyataan tersebut, namun sebaliknya tidak mudah pula untuk menolaknya.

Dalam sejarah Islam, kita mengenal sosok Ibnu Muljam, seorang sahabat yang hafal Qur'an bahkan banyak melahirkan generasi-generasi hafidz Qur'an pada masanya. Dia adalah lelaki yang shalih, zahid dan bertakwa dan mendapat julukan Al-Maqri’. Bahkan Khalifah Umar bin Khattab pernah menugaskan Ibnu Muljam ke Mesir untuk memenuhi permohonan ‘Amr bin ‘Ash untuk mengajarkan hafalan Alquran kepada penduduk negeri piramida itu. Khalifah Umar bin Khattab bahkan menyatakan: “Abdurrahman bin Muljam, salah seorang ahli Alquran yang aku prioritaskan untukmu ketimbang untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Alquran kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia wahai ‘Amr bin ‘Ash”.

Namun, sejarah mencatat bahwa Ibnu Muljam adalah seorang yang telah menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa.

Dalam diri Ibnu Muljam terkandung dua kemampuan yang saling bertentangan dalam kualitas yang sebanding. Di satu pihak dia adalah pigur hafid dan sosok yang Soleh, namun dipihak lain dia adalah pembunuh berdarah dingin.

Dari contoh di atas, hikmah apa yang bisa kita ambil? Jangan terlalu cepat menjatuhkan nilai baik atau buruk terhadap orang lain. Sebab, orang yang kita anggap baik belum tentu selamanya baik, dan orang yang kita anggap buruk pun belum tentu selamanya buruk. Hikmah lain, kebaikan adalah sebuah cita2 yang harus dipertahankan terus menerus, sebab jika tidak dipertahankan maka kebaikan bisa menjadi keburukan dalam kualitas dan intensitas yang sama.

Semakin tinggi kebaikan yang dimiliki seseorang maka akan semakin berat baginya untuk mempertahankan kebaikan itu.

Udin yang lagi Nunggu Sahur
Di Pangkalan Ojek Prapatan
Bekasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun