(bila sudah tidak ada berarti ADMIN sudah mengamankannya terlebih dahulu..agar tak kena pukulan telak)
Silakan cek di sini : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/10/22/tentang-malam-yang-berbeda/
(bila sudah tidak ada berarti ADMIN sudah mengamankannya terlebih dahulu..agar tak kena pukulan telak)
Silakan cek di sini : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/10/24/untuk-si-stranger/
(Jika tidak ada berarti ADMIN sudah mengamankannya terlebih dahulu..agar tak jadi pukulan telak)
Silakan cek di sini : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/10/27/irama/
(Jika tidak ada berarti ADMIN sudah mengamankannya terlebih dahulu..agar tak jadi pukulan telak)
Mungkin, setelah melihat bukti-bukti "KEBIJAKSANAAN" Admin di atas, anda akan berargumen bahwa hal itu luput dari pengawasan Admin, atau anda akan berkata bahwa "Ya, yang namanya juga manusia selalu saja dihinggapi prilaku "lupa" dan" salah"...........................atau "ADMIN juga kan manusia bisa saja tidak terpantau"..... ya bisa saya maklumi sebab inilah dinamika berpikir dan itu wajar adanya. Akan tetapi, sebagai manusia (itu kalau admin merasa manusia), melalui kejadian ini seharusnya ia akan dengan getle meminta maaf pada saya atau pun kepada kompasianer lain yang perlu diperlakukan dengan tidak adil (atau memang ini adil dalam sudut pandang admin?)... Akan tetapi, bila memang admin merasa sebagai TUAN PENGUASA, saya hanya bisa berkata "INI ADALAH RUMAHMU, ANDA BOSNYA,............ANDA PENGUASANYA,,,, lakukanlah sesuka anda". huuuuuuuuuuuu............he...ehee...uhuyyy.... Sebagai penutup khutbah ngawur ini, ada sebuah puisi cinta dariku untukmu wahai Admin..
Seperti ucapmu pada naskah kosong yang pernah terhapus”tulisanmu itu singkat.sesingkat rentang waktu antara ruku’ dan ‘itidal
[atau] sesingkat rentang waktu di antara adzan dan iqomah ### Sempat aku terdiam, sambil sesekali membuka coretan-coretan
yang pernah terhapus olehmu, dulu, di sini, di kompasiana ini. maka katamu (lagi): Aku memang tak pantas hidup diantara waktu yang terbatas di sini, di Kompasiana ini. ### Hari berganti minggu, bulan pun berganti tahun, haruskah ku ulangi setiap
ucap yang pernah ku tulis di sudut pesan yang tak terbalas itu? Ah, tapi kau memilih diam bersama angkuh dan ego! haruskah aku percaya akan pesan bijakmu lagi? ### Kali ini, Izinkan aku tuk merasa Lelah dan
sejenak terdiam sekedar tuk menghela nafas. berharap tercipta damai di antara ratusan atau ribuan ego yang kau cipta. di sini, di Kompasiana ini ###
Mungkin usia tulisan ini tidak akan bertahan lama, saya bisa memaklumi dan ikhlas menerima takdir tuan Admin kompasiana yang sangat amat bijak Wassalamu'alaikum. Wr.Wb. Bahrudin Achmad Si Tukang Ojek Prapatan Kalimalang Bekasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H