Mohon tunggu...
Bahren Nurdin
Bahren Nurdin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pemerhati pendidikan dan sosial silakan kunjungi blog saya: www.bahren13.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Baliho Liar Uji Nyali Wali Kota Jambi; Fasha

11 November 2013   04:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:19 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di awal masa jabatannya, pada tahun 1998 Perdana Menteri China, Zhu Rongji menyatakan, "Berikan saya 100 peti mati, 99 akan saya kirim untuk para koruptor. Satu buat saya sendiri jika saya pun melakukan hal itu." Ungkapan ini kemudian sangat melegenda di seluruh dunia. Melegenda karena ia bukan hanya satatemen kosong namun betul-betul dilakukan. Tidak tanggung-tanggung, Zhu di awal tugasnya itu mengirim peti mati kepada koleganya sendiri. Hu Chang-ging, Wakil Gubernur Provinsi Jiangxi. Sahabat karibnya pun ditembus peluru algojo. Ia ditembak mati setelah terbukti menerima suap berupa mobil dan permata senilai Rp 5 miliar.

Inilah sebuah contoh ketegasan dalam penegakan hukum yang patut ditiru. Ketegasan yang tidak pandang bulu. Hukum adalah hukum.  Hasilnya, kita melihat bagaimana kemajuan di China saat ini. Bagaimana jika contoh ini kita pasangkan pada konteks Kota Jambi hari ini? Tepat sekali karena masyarakat Jambi saat ini baru memiliki wali kota dan wakil wali kota yang baru, Sy Fasha dan Abdullah Sani. Ada segudang janji politik yang telah mereka ucapkan. Berbagai persoalan pun menunggu untuk diselesaikan. Salah satu persoalan yang sangat krusial saat ini adalah penertiban baliho-baliho liar terutama baliho para calon legislatif dan baliho partai.

Aturan pemasangan baliho sudah sangat jelas diatur di dalam Peraturan Daerah nomor 47 tahun 2002, Perwal nomor 40 tahun 2009, dan Perwal nomor 22 tahun 2011. Namun faktanya saat ini aturan ini dikangkangi mentah-mentah oleh para caleg yang seharusnya adalah orang-orang taat hukum yang akan mengajukan diri untuk dipilih oleh masyarkat mengelola Negara ini. Maka saatnya mempertanyakan ‘nyali’ wali kota baru untuk menertibkan pelanggaran ini. Beranikah?

Memang bagi Fasha penertiban ini butuh nyali besar karana jika dilihat orang-orang yang memasang baliho-baliho tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah baliho kolega dan sahabat-sahabatnya sendiri, baliho partai pendukung yang berjasa mendudukkan dirinya menjadi wali kota, baliho partai lawan politik, baliho para penguasa, dan sebagainya. Akankah Fasha berani seberani Zhu Rongji untuk mempetimatikan sahabatnya sendiri? Inilah uji nyali itu yang sekali gus melihat keberpihakan Fasha; kepada rakyat atau kelompoknya sendiri. Baliho-baliho itu tentu sangat merugikan rakyat banyak.

Tidak Bayar Pajak

Sudah dapat dipastikan sebagian besar dari baliho-baliho itu (dari yang berukuran super jumbo hingga yang mini) tidak membayar pajak. Padahal jika yang dipasang itu adalah iklan bisnis maka akan menambah pundi-pundi APBD Kota Jambi melalui pembayaran pajak. Untuk siapa pajak itu? Tentu akan dikembalikan untuk kepentingan rakyat banyak. Maka jelas sekali dengan banyaknya baliho-baliho yang tidak bayar pajak, secara langsung telah merugikan pendapatan Kota Jambi, merugikan rakyat Jambi.

Dampak pemasangan baliho-baliho politik memang sangat berpengaruh terhadap pendapatan daerah. Buktinya, jika kita lihat berita akhir-akhir ini bahwa ternyata banyaknya iklan calon walikota menjadikan pendapatan pajak reklame Kota Jambi jadi menurun. Padahal rata-rata pendapatan pajak dari reklame setiap tahunnya bisa mencapai Rp 5 miliar. Diakui Asiah, Sekretaris Dinas Pendapatan Kota Jambi, pendapatan pajak reklame tahun 2012 yang lalu realisasinya mencapai Rp 5,3 miliar. Pendapatan tersebut lebih besar dari angka yang ditargetkan yakni sebesar Rp 4 miliar.(metrojambi.com). Maka jika ingin hal ini tidak terus terjadi, tidak ada kata lain dan cara lain yang dapat ditempuh Fasha kecuali; Tertiban! Itupun, sekali lagi, jika memang Fasha punya nyali untuk berpihak kepada rakyat.

Mengganggu Keindahan dan Kenyamanan Kota

Saat ini Kota Jambi nyaris menjadi studio foto jalanan. Lihat saja di sepanjang jalan yang dilewati penuh dengan gambar para caleg dan kampanye partai dengan berbagai warna. Keindahan kota sudah barang tentu sangat terganggu. Tidak tanggung-tanggung dari yang ukuran super besar hingga yang menempel di pohon. Yang muncul kemudian adalah kota ini terkesan sangat semeraut dan kumuh. Tata kota dan tata kelola ruang diabaikan begitu saja. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, tempat-tempat umum dan rumah ibadah pun tidak luput dari penempelan wajah para caleg.

Para caleg seolah lupa bahwa dibalik hak mereka untuk mensosialisasikan diri ke tengah masyarakat, mereka sedang melanggar hak orang banyak. Masyarakat berhak untuk mendapatkan kenyamanan dan ketentraman berada di kota ini terutama menikmati keindahan dan kenyamanan kota.

Pencitraan dan Kebohongan Publik

Siapa saja sudah tahu bahwa satu-satunya tujuan pemasangan baliho adalah untuk pencitraan. Di balik pencitraan ini banyak orang yang tidak menyadari bahwa sesungguhnya ada kebohongan. Lihat saja, beberapa caleg tiba-tiba ‘nampak’ alim dengan mengenakan sorban dan kopiah. Tiba-tiba nampak meraknyat dengan memegang cangkul di tengah para petani. Tiba-tiba peduli anak yatim dengan berfoto di panti asuhan. Dan yang lebih menyedihkan lagi tiba-tiba gagah dengan memasang foto yang sudah diedit menggunakan komputer. Bukankah hal ini merupakan kebohongan publik?

Itulah pencitraan. Mereka hanya mampu menampilkan citra untuk dianggap alim, baik, peduli, dan sebagainya walaupun sesungguhnya dalam keseharian mereka bertolak belakang. Jika demikian, ternyata para caleg yang gemar pamer foto, disadari atau tidak, mereka sedang berbohong kepada diri sendiri dan kepada rakyat. Jika dirinya sendiri ia bohongi (memasang foto lebih gagah/cantik dari aslinya), apa lagi orang lain. Jika di baliho sudah dipasang foto manipulasi, siap-siap saja uang Negara ini akan dimanipulasi pula.

Akhirnya, penertiban baliho-baliho liar para caleg dan partai politik adalah tidak mudah karena di sana ada banyak kepentingan dan kekuasaan. Dibutuhkan nyali besar untuk melakukannya. Namun demikian, Fasha tidak sendiri. Ada rakyat yang siap membela jika Fasha juga membela kepentingan rakyat. Buktikan!

Bahren Nurdin, SS., MA

Dosen IAIN STS Jambi dan Sekjen PELANTA (Forum Komunikasi Penulis Jambi)

note: tulaisan ini juga sudah dipublikasikan melalui Koran Harian Jambi tgl 9/11/2013

dapat dikses melalui: http://issuu.com/harianjambi/docs/09-11-2013_sore

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun