Salah satu kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sekaligus membuat sesak di dada adalah saat kau merasa rindu kepada kekasih-NYA. Rindu Sang Nabi termulia.
Namun disaat rindu itulah tiba-tiba kau becermin memandang diri sendiri sembari bergumam di dalam hati:
"Pantaskah aku yang penuh dengan debu dan kotoran ini merindukanmu ya Nabi?"
Dan tiba-tiba munculah bulir-bulir kristal dari kedua belah matamu.
Hatimu pun ikut meronta:
"Mungkinkah kelak nanti aku bisa berjumpa dan memelukmu ya Rasul?". Karena tak ada keindahan selain berkumpul denganmu dan bersama-sama memandang wajah-Nya.
Pada akhirnya bulir-bulir itu pun berubah menjadi tangis haru.
Duhai manusia termulia, hanya satu yang masih menjadi tumpuan harapanku agar kelak nanti bisa bersamamu, yaitu ketika seorang lelaki badui bertanya:
"Ya Rasulullah, kapankah hari kiamat datang?"
"Apa yang kamu persiapkan guna menghadapinya?", sabdamu.
"Tidak ada sesuatu (persiapan khusus), kecuali kecintaanku kepada Allah dan RasulNya.", kata sang Badui.