Mohon tunggu...
BahaSugara
BahaSugara Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Baca

Hobi saya membaca. Membaca apa saja yang penting saya suka.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pemberitaan Krisis Iklim di Media Online, Bagaimana Publik Menyikapinya?

24 Mei 2022   11:10 Diperbarui: 24 Mei 2022   11:13 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini untuk memberikan pengetahuan kepada publik bahwa telah terjadi perubahan pada iklim di Bumi dari tahun ke tahun. United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang diakibatkan oleh aktivitas manusia baik langsung atau tidak langsung, sehingga mengubah komposisi atmosfer global dan variabilitas iklim alami, dalam periode waktu yang bisa diperbandingkan.

Komposisi atmosfer global adalah material atmosfer planet Bumi yang berupa gas rumah kaca. Di antaranya itu terdapat karbondioksida, metana, nitrogen, dan lainnya. 

Sebetulnya, gas rumah kaca diperlukan untuk menjaga kestabilan suhu Bumi. Namun, konsentrasinya yang meningkat akan mengakibatkan lapisan atmosfer semakin tebal. Penebalan tersebut akhirnya menimbulkan panas Bumi yang terperangkap di atmosfer juga semakin banyak, sehingga suhu planet ini meningkat. Inilah yang kemudian disebut pemanasan global.

Iklim sendiri berubah secara terus menerus disebabkan interaksi antara komponen-komponennya serta faktor eksternal lain seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, juga kegiatan manusia semacam penggunaan bahan bakar fosil atau perubahan penggunaan lahan. (https://www.detik.com, 22 April 2022)

Pemberitaan pikiran-rakyat.com lebih jauh membahas tentang ancaman perubahan iklim. Media ini menyampaikan informasi bahwa ancaman berbahaya datang dari Kutub Utara. Informasi tersebut mengutip dari hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah Nature. Disebutkan bahwa pencairan es di Kutub Utara, yang dapat melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca, merupakan ancaman bagi planet ini secara umum.

Suhu di Kutub Utara meningkat jauh lebih cepat daripada bagian dunia lainnya di bawah pengaruh perubahan iklim, sebesar 2 hingga 3 derajat Celcius. Studi ini memperkirakan hilangnya sekitar 4 juta kilometer persegi daratan es pada tahun 2100, bahkan jika pemanasan iklim dapat diatasi. (https://www.pikiran-rakyat.com, 12 Mei 2022)

Fenomena mencairnya es tak cuma di Kutub Utara. Menurut Badan Meteorologi, Klimatolologi, dan Geofisika (BMKG), es di puncak Gunung Jayawijaya Papua diprediksi bakal mencari alias musnah pada 2025 mendatang. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pemanasan global dan kenaikan suhu akibat perubahan cuaca ekstrem merupakan penyebabnya.

Dwikorita menyampaikan puncak Gunung Jayawijaya pada 2020 lalu diketahui memiliki ketebalan es hingga 31,49 meter. Kini kondisi es di Gunung Jayawijaya hanya tinggal 1 persen dari puncak area Jaya Wijaya yang memiliki luas 200 kilometer persegi, atau saat ini lapisan es hanya ada di sekitar 2 kilometer persegi. (https://techno.okezone.com, 25 Maret 2022)

Dengan skala isu yang begitu besar, media massa ternyata belum membuat publik memahami akar persoalan dan konsekuensi dari krisis iklim. 

Berita perubahan iklim memang cenderung sangat berat dan negatif. Pemberitaan yang terlalu negatif bisa jadi malah membuat masyarakat mengalami gangguan psikologis dan menghindari berita. Padahal hal ini tidak boleh terjadi karena perubahan iklim merupakan isu dengan urgensi tinggi yang membutuhkan perhatian serius.

Konsep agenda setting yang dijalankan media dengan menciptakan public awareness (kesadaran masyarakat) dengan menekankan sebuah isu yang dianggap paling penting untuk dilihat, didengar, dibaca, dan dipercaya, semestinya tidak bertujuan hanya untuk membentuk opini publik semata. Tetapi juga harus dapat membentuk tindakan publik berkaitan dengan perubahan iklim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun