Mohon tunggu...
Wildan Rozaq
Wildan Rozaq Mohon Tunggu... lainnya -

Bermulai dari bercinta monyet kepada seorang perempuan tunanetra, saya menulis, bertempat tinggal di Pegunungan Muria, Pati Jawa Tengah, Master of Ceremony, Sekretaris Bulletin 'AMANAT' Perguruan Islam Mathali'ul Falah Kajen. Sehari-hari disibukkan dengan ngopi dan berdebat.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menyelamatkan Bahasa

14 April 2012   07:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:37 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Abul aswad Ad-Dualy adalah seorang sahabat Rasulullah saw. Dan sangat dekat dengan Imam Ali kaw. Tampaknya ia sengaja belajar, menimba ilmu dari Imam Ali kaw.. Suatu malam, dalam perjalannya, Imam Ali dan Abul Aswad melihat seoramg bocah sedang bermain di depan rumahnya. Tiba-tiba sambil memandangi langit, anak itu berteriak,

''Ma akhsanus-samaa'u yaa abiy?''. Secara harfiah berarti ''apa yang indah dilangit ini, wahai Ayah?'')
''Nujuu-muha'', (bintang-bintangnya) jawab sang ayah. Tetapi, mesi sudah dijawab, sang anak kembali mengulang pertanyaannya,
''Maa akhsanus-samaa'au yaa abiy?'' lagi-lagi ayahnya menjawab, ''nujuu-muha...''. Tetapi si anak kembali bertanya sama dan si ayah kembali mengulang jawaban yang sama.
Melihat peristiwa itu, Imam Ali berkata kepada sahabatnya,
''sungguh, bahasa akan rusak kalau begini halnya.'' kemudian beliau menghampiri anak itu seraya berkata, ''Apa sebenarnya yang ingin engkau katakan, hai anakku?''
''aku ingin mengatakan kepada ayahku betapa indahnya langit ini?''
''engkau ingin menyatakan kekagumanmu?''
"benar"
"kalau engkau mengagumi sesuatu, katakanlah dengan membuka mulutmu, agar orang tidak salah menjawab"
"apa yang mesti aku katakan?"
"Ma akhsanus samaa'a yaa abiy..." (dengan mengubah samaa'u menjadi samaa'a, artinya menjadi "Betapa indahnya langit ini, wahai ayah". Hal ini merupakan sebagian dari keluasan gramatika bahasa Arab)
sang ayah pun kemudian muncul dengan mengerti permasalahannya. Dalam perjalanan pulang, Imam Ali berkata kepada Abul Aswad, "Tata bahasa Arab mesti disusun!". Dan benarlah, Imam Ali kemudian menyusun, dibantu oleh Abul Aswad Ad-Dualy. Sahabat ini pun kemudian dikenal sebagai orang yang sangat memahami seluk-beluk tata bahasa Arab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun