Bulan teringin tersirat bulan mencari keringat lelahnya
Terhadap tawanya saat ia menulis
Ia bahagia
Jalani pinggir jalan penuh debu
Bau aspal
Bau molen martabak telur
Penjua kaki sepuluhpun ia menghirup dalam-dalam.
Laparpun bulan terlupakan
Apalagi sang Tuhannya
Ia lupa
Lupa membuat tawanya lepas
Apapun ia hanya membawa sepucuk suarat lusuh
Kemana bulan
Bulan dibalik awan
Tapi sampai di kubangan air keruh,
Ia bercermin
Bulan tak punya bayang
Bulan menangis
Malampun menjelang
Diantara gang pojok toko tertutup rapat
Bulan tersungkur
Ia merintih…
“Tuhan,. Hapuskanlah dosa hamba jika aku lupa” melasnya
Sebenarnyaperut hanya otot dan tulang yang menonjol-nonjol
Diantara warung angkringan,
Ia tak mau meminta
Atau tong sampah terisi ayam berlumur liur
Apalagi bulan memegang usus erat-erat
“hamba ingin lupa, tapi hamba tak mau menafsu” jawabnya akhir.
Esoknya, policeline mengelilingi sudut gang pojok pertokoan itu.
Dan Surat lusuh??
Termuat di koran ternama didaerah itu.
Gang Jogja, april 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H