Mohon tunggu...
Wildan Rozaq
Wildan Rozaq Mohon Tunggu... lainnya -

Bermulai dari bercinta monyet kepada seorang perempuan tunanetra, saya menulis, bertempat tinggal di Pegunungan Muria, Pati Jawa Tengah, Master of Ceremony, Sekretaris Bulletin 'AMANAT' Perguruan Islam Mathali'ul Falah Kajen. Sehari-hari disibukkan dengan ngopi dan berdebat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bulan di Atas Pos

13 April 2012   07:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:40 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bulan teringin tersirat bulan mencari keringat lelahnya
Terhadap tawanya saat ia menulis
Ia bahagia
Jalani pinggir jalan penuh debu
Bau aspal
Bau molen martabak telur
Penjua kaki sepuluhpun ia menghirup dalam-dalam.
Laparpun bulan terlupakan
Apalagi sang Tuhannya
Ia lupa
Lupa membuat tawanya lepas
Apapun ia hanya membawa sepucuk suarat lusuh
Kemana bulan
Bulan dibalik awan
Tapi sampai di kubangan air keruh,
Ia bercermin
Bulan tak punya bayang
Bulan menangis
Malampun menjelang
Diantara gang pojok toko tertutup rapat
Bulan tersungkur
Ia merintih…
“Tuhan,. Hapuskanlah dosa hamba jika aku lupa” melasnya
Sebenarnyaperut hanya otot dan tulang yang menonjol-nonjol
Diantara warung angkringan,
Ia tak mau meminta
Atau tong sampah terisi ayam berlumur liur
Apalagi bulan memegang usus erat-erat
“hamba ingin lupa, tapi hamba tak mau menafsu” jawabnya akhir.
Esoknya, policeline mengelilingi sudut gang pojok pertokoan itu.
Dan Surat lusuh??
Termuat di koran ternama didaerah itu.

Gang Jogja, april 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun