"Kau membuat ku berantakkan
Kau membuat ku tak karuan
Kau membuat ku tak berdaya
Kau menolakku, acuhkan diriku"
Eitss! Pasti kamu bacanya sambil nyanyi ya?… :D hahahaa
Yup, karena itu adalah sepotong lirik lagu dari salah satu grup band terkenal di negeri ini yaitu D’Masiv yang judul lagunya “Cinta Ini Membunuhku”. Saya sangat yakin kamu pasti tahu lagu itu, terutama yang lahir di tahun 80-90an. :D
Oke, cukup basa-basinya (karena kalau kelamaan jadi basi). Sekarang coba perhatikan, pada kalimat terakhir terdapat kata “acuhkan”. Menurut kamu, “acuh” itu artinya apa sih?
Selama ini kita hampir selalu mengartikan kata “acuh” sebagai “ketidakpedulian”. Padahal, makna sebenarnya berkata sebaliknya. Menurut KBBI, “acuh” itu berarti peduli; hirau; ingat; indah; hisab. Jadi pada kalimat terakhir lirik lagu itu: “Kau menolakku, acuhkan diriku” bisa kita tulis “Kau menolakku, pedulikan diriku”.
Nah lho, malah jadi aneh kan kalimatnya? Itu karena pada lirik di atas keliru dalam menggunakan istilah “acuh”. Hal ini merupakan salah satu contoh salah kaprah dalam berbahasa Indonesia.
Tanpa disadari, ada banyak sekali kesalahan yang kerap kita lakukan sehari-hari ketika berbahasa Indonesia. Mungkin karena kita terlalu menggampangkan Bahasa Ibu dan merasa sudah bisa dan biasa menggunakannya. Kita suka malas membuka kamus untuk sekedar cek-ricek kesesuaian kata-kata dengan makna yang digunakan sehari-hari. Tidak hanya di level individu saja, di institusi pemerintah hingga media massa atau dunia jurnalistik yang seharusnya sangat memperhatikan penggunaan bahasa, masih banyak terjadi salah kaprah.
Ngomong-ngomong, kamu tau kan arti salah kaprah? Salah kaprah itu maksudnya kesalahan yang umum sehingga orang tidak merasakan itu sebagai sebuah kesalahan.
Oke deh, langsung saja! Selain contoh di atas, saya akan coba berikan lebih lanjut 7 fakta salah kaprah lain dalam menggunakan bahasa Indonesia. Tahukah kamu, kata-kata apa saja itu?
1.Ketika kamu sedang marah, kamu pasti bilang sedang “emosi”.
Selama ini, “emosi” hampir selalu identik dengan rasa marah yang meluap-luap. Selain itu, orang yang mudah marah-marah, kamu menyebut sifatorang itu dengan sebutan emosional. Padahal emosi bukan hanya sekedar rasa marah. Tahukah kamu, bahwa ternyata rasa senang, sedih, bahkan cinta juga merupakan bagian dari emosi.
Menurut KBBI, “emosi” adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat.
Jadi sekarang sudah jelas kan, bahwa “emosi” bukan hanya untuk rasa marah saja, melainkan seluruh perasaan yang kita rasakan.
2.“Aktifitas” atau “Aktivitas”
Kamu kalo menggambarkan kegiatanmu pakai tulisan yang mana? “Aktifitas” atau “aktivitas”?Manakah penulisan yang tepat?
Kata itu diserap dari Bahasa Inggris “activity” dan Bahasa Belanda “activiteit”. Dalam Bahasa Indonesia, bunyi huruf c pada kata asing ditukar dengan k, sedangkan huruf v tidak perlu karena dari bunyi huruf yang dilambangkan tidak membedakan maknanya.
Jadi yang benar dalam Bahasa Indonesia ditulis “aktivitas” ya!
Sedangkan untuk kata dasarnya kita tulis “aktif”, bukan “aktiv”. Karena huruf v dalam Bahasa Indonesia tidak digunakan di akhir kata umum.
Contoh lain: motif-motivasi, produktif-produktifitas, positif-positivisme, dan lain-lain.
So, jangan salah lagi ya menulisnya!
3.Yang suka bolos, pasti sering bilang gini “Eh, gue nitip absen dong!” atau “Tolong tandatangankan absensi gue ya!”
Kata “absen” sangat sering disalahartikan sebagai kehadiran dan kata “absensi” sebagai tanda kehadiran. Tapi kata-kata itu justru bermakna sebaliknya.
“Absen” diambil dari kata Belanda “absent” yang artinya tidak hadir atau tidak masuk.
Jadi kalau kamu mau bolos tidak perlu repot-repot bilang nitip absen, toh kamu sendiri sudah absen dari kelas. Kalau mau bilangnya nitip presensi aja. :D hehee
Sinonim absen : bolos; tidak hadir; tidak masuk
Antonim absen : presen; hadir; masuk
4.“Dia diam tak bergeming di pojok kelas”.
Pernahkan kamu mendengar kalimat yang serupa atau mirip dengan kalimat di atas? Ternyata kata “bergeming” ini juga sering dipakai berkebalikan 180 derajat dengan makna aslinya. Maksud kalimat di atas mungkin artinya seseorang hanya diam saja di pojok kelas. Padahal arti sebenarnya keliru dalam menggunakan kata “bergeming”.
“Bergeming” dalam KBBI, artinya tidak bergerak sedikitpun atau diam saja.
Kalo seperti itu, kalimat di atas sama aja “Dia diam tak diam saja di pojok kelas”.
Jadi bingung kan, sebenarnya tuh orang lagi diem apa lagi gerak-gerak di pojok kelas? Aduuhh jadi pusing pala berbie,, :D
Makanya lain kali, kita harus cek lagi kesesuaian kata yang digunakan dalam kalimat dengan makna yang sebenarnya, biar nggak salah kaprah kaya gitu :D
5.Bedanya “Nol” dengan “Kosong”
Kalau kita pikir-pikir, sepintas antara “nol” dengan “kosong’ tidak ada bedanya. Tetapi jangan salah, terkadang masih suka keliru dengan kedua kata tersebut. Misalnya, “Nomor telepon saya kosong delapan satu...”, itu salah. Karena dalam KBBI, “kosong” menunjukkan tidak ada, tidak berisi. Jadi yang tepat seharusnya “Nomor telepon saya nol delapan satu…”, karena “nol” ditunjukkan untuk menyebutkan angka atau bilangan. Sedangkan kosong adalah kata sifat yang artinya nihil; tidak ada; tidak berisi. Contohnya: “Rumah itu sudah lama kosong”.
Sekarang sudah jelas kan, bahwa “nol” dan “kosong” itu berbeda!
6.“Besok jadi nggak kita liburan ke Pantai? Jangan cuma wacana aja dong!”
Hayo.. siapa nih di antara kamu yang suka ngomong begitu? Kamu pasti beranggapan bahwa “wacana” itu adalah kata yang menggambarkan sebuah rencana yang gagal atau hanya omong kosong belaka. Padahal itu keliru lho…
Dalam KBBI, “wacana” adalah percakapan atau komunikasi verbal. Biasanya berupa pidato, khutbah, dan diskusi.
Jadi, menggunakan kata “wacana” untuk menggambarkan rencana yang gagal merupakan salah kaprah yang masih sering terjadi dalam berbahasa Indonesia terutama di kalangan anak muda.
7.“Kalau kamu pakai baju tidak boleh seronok”
Menurutmu, maksud kalimat di atas apa sih maksudnya? Ngelarang kitasupayatidak memakaipakaian yang seksi? Hmm, apasih maksud kata “seronok” sebenarnya?
Selama ini kata “seronok” sangat identik dengan pakaian yang terbuka dan seksi. Benar tidak? Tetapi ternyata dalam KBBI, kata “seronok” itu bermakna sesuatu yang menyenangkan hati dan sedap dilihat.
Jadi kalau disuruh untuk berpakaian tidak seronok, berarti sama saja menyuruh untuk berpakaian yang tidak enak dilihat. Nasihatnya jadi negatif kalo gitu :(.
Demikian sekilas tentang penggunaan 7 kata yang salah kaprah dalam berbahasa Indonesia. Sebenarnya contoh-contoh di atas hanya sebagian saja. Masih banyak contoh kata yang salah kaprah yang sering kita jumpai dalam percakapan maupun tulisan yang tidak formal maupun yang formal dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengetahui kesalahan-kesalahan kata tersebut, mulai dari sekarang kita bisa mulai untuk memperbaiki dan menggunakan kata-kata itu dengan tepat dan lebih baik lagi secara perlahan.
Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional kita, tentu menjadi tanggungjawab kita bersama untuk menjaganya. Bayangkan jika para bule yang belajar bahasa kita, ternyata mereka malah lebih paham serta terampil dari kita! Apa kata dunia?
Yuk, mulai dari sekarang kita berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD!
Jangan salah kaprah lagi ya! :D
post by : Cici Kurniati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H