Ketika kita mendengar kata fondasi, mungkin terbesit di dalam benak kita, apakah fondasi yang dimaksud seperti fondasi rumah yang terbuat dari besi yang kuat nan kokoh? Ya, tak dapat dipungkiri hal tersebut yang akan muncul ketika mendengar kata fondasi. Lalu bagaimana dengan akhlak, fondasi dan anak? Hal tersebut akan dikupas dalam artikel ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Akhlak berarti budi pekerti; kelakuan: krisis--; pendidikan--, sedangkan Fondasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dasar bangunan yang kuat, biasanya (terdapat) di bawah permukaan tanah tempat bangunan itu didirikan; fundamen. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak merupakan hal pertama yang harus dilakukan, sebab akan melandasi kestabilan kepribadian manusia secara keseluruhan.
Menurut Ramayulis (Burhanuddin dan Sopian, 2011: 102) mengemukakan bahwa orang tua muslim hendaknya berusaha menanamkan pendidikan akhlak sedini mungkin dengan cara :1) memberikan teladan yang baik terhadap anak-anak; dan 2) menyuruh berakhlak yang baik dan melarang akhlak yang jahat dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang sehingga membuat anak menjadi simpati.
Akhlak sebagai fondasi utama maksudnya, ketika kita menginginkan kepribadian seorang anak yang baik secara spriritual, emosional, maupun sosial, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memberikan pendidikan akhlak yang baik. Ketika pendidikan akhlak seseorang kurang baik, maka keseluruhan aspek dari kepribadian orang tersebut akan kurang baik. Begitu pula sebaliknya ketika pendidikan akhlak seseorang baik, maka keseluruhan aspek dari kepribadian orang tersebut akan baik pula. Itulah sebabnya akhlak merupakan fondasi utama dalam pembentukan kepribadian anak secara seutuhnya. Ketika fondasinya kuat maka bangunan tersebut akan berdiri kokoh nan gagah, begitu juga dengan anak.
Pendidikan akhlak sebaiknya diawali sejak dini dan dilakukan di dalam lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi seseorang ketika memperoleh pendidikan. Ketika keluarga mengajarkan bahwa perbuatan menghormati orang lain, menyayangi teman, menghargai umat beragama lain itu baik, itu merupakan contoh dari pendidikan akhlak terpuji atau akhlak yang baik, dan ketika keluarga mengajarkan pada anak bahwa menghardik anak yatim, memusuhi teman, membeda-bedakan teman karena derajat sosialnya itu tidak baik, itu merupakan contoh dari pendidikan akhlak tercela atau akhlak yang tidak baik.
Banyak diantara kita sebagai orang tua yang lebih mengedepankan pendidikan formal bagi anak agar anak pintar secara pengetahuan, pendidikan sosial agar anak pandai bersosialisasi, dan pendidikan-pendidikan lainnya, alhasil banyak anak yang pintar bahkan cerdas, pandai bersosialisasi namun memiliki akhlak yang buruk atau kurang baik.
Seperti terjadi ni negeri kita tercinta, memang sangat memprihatinkan kondisi tersebut dari sudut pandang penulis, banyak orang cerdas secara pengetahuan dan sosial, namun juga cerdas dalam menimbun uang rakyat untuk memperkaya diri sendiri, membuat keluarganya sejahtera, memenuhi segala keinginan nafsu duniawinya, tanpa memikirkan nasib rakyat dan orang lain akan seperti apa karena ulahnya tersebut. Itulah salah satu hal yang akan timbul apabila pendidikan akhlak yang diperoleh kurang bahkan tidak mendapatkan pendidikan akhlak sama sekali.
Kita sebagai orang tua atau calon orang tua, hendaklah memberikan pendidikan yang terbaik baik anak kita, pendidikan formal, pendidikan sosial, pendidikan spiritual, terutama pendidikan akhlak. Karena akhlak merupakan fondasi utama untuk membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Ketika akhlak anak baik, maka keseluruhan aspek kepribadian anak akan baik pula. Insya Allah.
by: Gina Permatasari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H