Menghafal merupakan kebiasaan orang-orang shalih, dahulu mereka sangat menghargai ingatan yang kuat dan menganggap pengembangan ingatan untuk menghafal sebagai salah satu tujuan pendidikan. Mereka terdiri dari ulama-ulama Hadits dan ulama-ulama fiqih. Akhir-akhir ini muncul pandangan atau paradigma yang menyatakan bahwa metode hafalan telah berakhir dan harus digantikan oleh metode yang lebih maju, yaitu metode pemahaman. Metode hafalan lebih disamakan dengan metode yang sudah kuno, tak memiliki nilai kreativitas, dan hanya dengan metode pemahaman-lah proses belajar akan lebih bermakna.
Kata menghafal berasal dari kata حفظا – يحفظ – حفظ yang berarti menjaga, memelihara dan melindungi. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Kata menghafal dapat disebut juga sebagai memori.
Dewasa ini, Menghafal sudah mulai ditinggalkan bagi sebagian besar Pelajar, dalam proses kegiatan belajar mengajar Seorang Pendidik dan Peserta didik lebih memlilih metode lain dalam mengelola informasi/ilmu yang dipelajarinya. Menghafal dianggap membosankan, menyita waktu lama dan tidak ramah otak. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa menghafal kurang efektif dalam pembelajaran, salah satunya adalah Johann heinrich pestalozzi yang tidak suka dengan konsep hafalan. Bahkan pendidikan sekarang lebih cenderung mengarahkan peserta didik untuk tidak banyak menghafal.
Sangat disayangkan sekali ketika metode menghafal sudah mulai ditinggalkan, dianggap kuno dan tidak ramah otak. Benarkah demikian? Jika kita lihat dari sudut pandang Islam, sebenarnya metode menghafal adalah metode yang sangat penting. Dimana metode menghafal ini menjadi dasar dalam Pendidikan Islam. Benar memang, menghafal sangat penting, seseorang akan mampu memahami, menganalisis dan mengaplikasikan suatu ilmu jika orang tersebut telah menghafal dengan baik dan benar. Bagaimana mau memahami, meganalisis dan mengaplikasikan suatu ilmu dengan cepat, efektif dan efisien jika tidak ada hafalan ilmu yang tersimpan dalam otak, ingatan dan hatinya.
Jika sudah demikian, Otak sudah tidak berfungsi maksimal sebagaimana mestinya. Ilmu-ilmu yang seharusnya di hafal dan tersimpan dalam otak, kini tersimpan dalam buku-buku, HP, Komputer dll. Maka yang terjadi Pelajar zaman sekarang sangat sedikit sekali meyimpan ilmunya dalam otak/ingatan. Mereka lebih memilih cara praktis, cara instan untuk menyimpan ilmu. Jika sewaktu-waktu ilmu yang telah dipelajari akan digunakan mereka segera membuka ilmu tersebut dalam buku catatan, HP dan Komputer. Maka ketika buku, HP, Komputer hilang, hilang pula-lah ilmu yang sudah dipelajarinya.
Menurut penelitian terbaru, menghafal mampu meningkatkan kinerja otak. Semakin banyak menghafal maka sel-sel dalam otak akan berkembang dan saling menyambung menjadi satu dalam kesatuan yang lebih luas. Maka dampaknya adalah otak/ingatan akan lebih kuat,tidak mudah lupa dan lebih cepat dalam mengingat/menyimpan Informasi/Ilmu. Menurut Majdi Ubaid Al-Hafizh dalam buku 9 langkah mudah menghafal al-qur’an, Daya ingat bisa diperkuat dengan latihan-latihan. Riset menunjukan adanya peningkatan kemampuan otak sebesar 30% bagi orang yang terbiasa latihan setidaknya 12 menit setiap hari. Erick Johnson, 1985. Menegaskan Bahwa ada sel-sel urat saraf yang berkembang. Demikianlah, kita mendapati bahwa otak manusia mampu meningkat, dan bisa dibangun dengan sel-sel urat saraf yang baru. Artinya bahwa menghafal memiliki pengaruh yang besar untuk memperkaya sel-sel otak dan menambah ikatan di antara satu sel dengan sel yang lain.
(Rizqi Fadli Fauzi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H