Mohon tunggu...
Baharudin Pitajaly
Baharudin Pitajaly Mohon Tunggu... -

penikmat Kopi, peminat ikan Kakap

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melacak Jejak Sang Maestro Parlemen Jalanan (BRANI Sang-Republikan)

20 Mei 2016   14:27 Diperbarui: 20 Mei 2016   14:45 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang Maestro Parlemen Jalanan, adagium itulah yang kiranyan selalu melekat pada Sosok Benny Rhamdani, Sikap Politik Merdeka yang dipilihnya sebagai konsistensi atas keberpihakan terhadap Rakyat yang yang mengalami marginalisasi secara struktural oleh Negara. Semasa menjadi Aktivisi Mahasiswa dan ketua umum PMII Cab. Manado.

Jalan ini pula yang kemudian mengantar Sang Maestro menjadi Anggota Legeslatif Provinsi Sulawesi Utara mengunakan PDI-P sebagai kendaraan Politiknya selama tiga periode sejak tahun 1999-2014. Tercatat sebagai Anggota Dewan Termuda zaman itu, pada tahun yang sama Benny Ramdani masih terdaftar sebagai Mahasiswa aktif di Fakultas Ilmu Sosial dan politik UNSRAT.

Siapa yang tidak kenal dengan sosok yang akrab disapa BRANI ini? Politisi Visioner yang memiliki kemampuan Agitasi dan Propaganda sangat baik yang nyaris tidak dimiliki oleh para politisi lain di Sulawesi Utara, hingga kemampuannya mempengaruhi massa menjadi senjata mematikan bagi lawan-lawan politiknya. Tak hanya dimedan politik, kemampuan gerakan parlementer jalanannya kemudian menjadikan ia sebagai patron gerakan bagi aktivis di Sulawesi Utara.

12938210-479080662296178-6257167328781215797-n-573eb7ea387b616b116c5f3e.jpg
12938210-479080662296178-6257167328781215797-n-573eb7ea387b616b116c5f3e.jpg
Secara personal BRANI memiliki Strong karakter yang jelas. Tidak hanya di Sulawesi Utara, ia juga popular dipanggung pergerakan nasional sebagai aktivis 98 karena keterlibatannya dalam gerakan Reformasi yang berujung pada pengulingan rezim Orde Baru yang sangat Otoriter, menindas, dan anti kritik.

Terdapat banyak aktivisi waktu itu bergabung se-Indonesia yang berkumpul di Jakarta Sang Maestro mewakili Sulut dan organisasi Ekstra kampus se-cipayung hingga kemudian membentuk kelompok-kelompok pergerakan dan Organisasi sipil lainnya semisal Serikat Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi (SMiD), Furum Kota (Forkot), dengan Aktor seperti Sri Bintang Pamungkas, Adian Napitupulu, Rusli Haris Moti, Wahab, Dita Indasary dan sudah tentu Benny Rhamdani dan masih banyak aktor sipil dan tokoh lainnya, dalam perjuangan melawan Rezim Orba yang represif dan Otoritarian.

Setelah menjadi Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara selama tiga Periode Sang Maestro tetap berjuang seperti biasa, Bergerak bersama Rakyat sudah menjadi darah daging dan terbawa sebagai pilihan politik atas jalan yang di tempuh, di harapkan mampu melakukan banyak hal termasuk memperjuangkan kepentingan Rakyat tertindas, dan di perlakukan seenaknya oleh Negara dan Modal.

Sekurang-kurangnya ada seberkas harapan di garis wajahnya untuk memperbaiki keadaan dan sistem yang korup, pemimpin militeristik, oligarki kuasa, yang menindas. itu bisa kita lihat dengan cara Sang Maestro memperjuangkan Hak-Hak Ekosob. Dalam konteks penganggaran, membuat kebijakan, dan control atas kekuasan agar Pro Rakyat.

Di Sulawesi Utara BRANI di kenal sebagai Sosok yang dekat dengan Rakyat, dan terlibat aktif dalam melakuakn Advokasi dan pendampingan masalah-masalah kerakyatan, hingga Aksi Masa atas kibijka yang lalim dan anti Rakyat. Seperti penggusuran Masyarakat Pesisir di Bowlivard, Maasing-Karang Ria sebagai komunitas Nelayan yang terpinggirkan akibat pola pembangunan yang pro Modal sangat kapitalistik atas reklamasi, Penggusuran PKL di Kota Manado.

Hingga mengorganisir Masyarakat Desa Wineru, Maen dan sekitarnya melawan modal properties (Hotel) di Minahasa Utara. Atau Kasus perebutan lahan Desa Lalow Melawan Perusahaan Daerah (PD-Gadasera) yang di kelola oleh oligarki kekuasan lokal yang sewenang-wenang menidas Rakyat Lalow di Kab. Bolmong.

Atas dasar masalah kerakyatan di atas hingga akhirnya Sang Maestro (BRANI) membentuk lembaga Komite Perjuangan Pembaharuan Agraria (KPPA) sebagai instrument perjuangan yang Konsen dan berjuang atas Hak-Hak Ekonomi, Social, Politik, dan Budaya (EKOSOB) yang tercerabut dari akarnya akibat sistem yang kapitalistik, menindas, dan Korup.

13151511-877280792394601-5322328551874263479-n-573eb3b6af7a61ae065512c3.jpg
13151511-877280792394601-5322328551874263479-n-573eb3b6af7a61ae065512c3.jpg
Sebagai refleksi sebuah perjalanan panjang yang tentu tidak mudah dilalui Sang Maestro dalam perjuangan melawan kezoliman Rezim yang di bangun atas fondasi oligarki Politik, dan kuasa modal. keringat, Air mata, dan bahkan darah sebagai taruhan dalam setiap perjuangannya ikut mewarnai perjalanan Sang Maestro sampai hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun