Mohon tunggu...
Baharudin Pitajaly
Baharudin Pitajaly Mohon Tunggu... -

penikmat Kopi, peminat ikan Kakap

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Meneropong" DKI Jakarta pada Sudut Berbeda

16 November 2016   12:27 Diperbarui: 16 November 2016   12:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : majalahreviewweekly.com

Tentu jawabannya tidak jatuhnya rezim Orba, karena tidak lagi dapat sokongan kekuatan internasional seperti Pentagon. Reformasi adalah instrumen yang di gunakan untuk menggulingkan rezim, sementara aktor-aktor pro-demokratik hanyalah perangkat yang melengkapi kesempurnaan jatuhnya sebuah rezim.

Seperti yang telah saya katakan diawal tulisan di atas dalam konteks Pilkada DKI, Apakah setelah aksi pada 4 November lalu menuntut agar Ahok di hukum. atas penistaan terhadap Agama, kemudian nanti akan terjadi aksi susulan pada 25 November dengan asumsi targentnya akan berubah dan mengarah pada Mr. Presiden akan berimlikasi serius atas posisi Jokowi sebagai kepala negara bisa saja tumbang?  Bagi saya ini tentu belum dimungkinkan selama determinan faktornya bergerak dalam pola yang berlawanan.

Determinan faktor yang saya maksudkan adalah kekuatan Internasional, seperti AS atau Cina. Dalam aspek Geo-Politik ini penting dilihat, AS setelah kemenangan Trum bisa saja terjadi perubahan kebijakan secara signifikan baik internal maupun eksternal. Sama halnya dengan Cina lagi dalam kondisi memastikan betul laut Cina Selatan sepenuhnya tidak di ganggu oleh siapa pun itu dan agenda Ekonomi-Politik di Indonesia berjalan sesuia sekenario.

Sebagai kekuatan dominan saat ini Dua kekuatan diatas sebenarnya secara tersirat menjadi penyokong Jokowi. Itu pula menjadi alasan Jokowi masih akan sangat kokoh sebagai Presiden selama kekuatan Internasional masih ada di belakang untuk mendukungnya.

Mentalitas Inlander

Kolonialisme selalu identik dengan upaya negara kolonial membangun dan mengukuhkan Hegemoni baik budaya dan kontrol Politik atas negara jajahan. Hegemoni dan kontrol merupakan dua aspek yang sangat penting dalam upaya kolonialisme, karena dengan itu pemerintah kolonial bisa mengeksploitasi sumber-sumber ekonomi secara maksimal.

Di Indonesia, upaya menciptakan hegemoni dan kontrol itu dilakukan oleh pemerintah Belanda dengan menerapkan kebijakan klasterisasi sosial penduduk yang dibagi menjadi tiga kelompok. Klas satu Asing Barat (kaum penjajah), klas dua Asing Timur (Arab, Cina, dan India), dan klas tiga atau kelas terendah kaum probumi (Inlander).

Inlanderyang sebetulnya penyebutan kaum pribumi dalam perkembangannya justru berubah menjadi Habitusatau mental yang melekat erat pada anak bangsa baik itu para elit dan klas masyarakat pada umumnya hingga hari ini. Ini terbaca dengan baik ada sikap permisif pada kejahatan yang telah di kategorikan sebagai Extraordinary crimeseperti perbuatan Koruptif.

Mental seperti ini pun terlihat dalam sikap yang sangat rektif dalam merepos sesuatu hal sebut saja sikap membenci Ahok atas dugaan penistaan Agama dan lain sebagainya namun dilain pihak membenarkan perbuatan-perbuatan serta sikap berbau SARA. Yang sebenarnya belum ditalar secara baik akurasi kebenarannya.

Karena kita hidup di nagara hukum sesuatu yang masih bersifat sangkaan yang telah dituduhkan pada Ahok dalam bentuk apapun itu harus dibuktikan secara hukum kalau itu benar bersalah, bukan berputar pada tataran isu semata dan digunakan untuk menjatifikasi orang. Namun bisa sebaliknya kalau hukum hanya berfungsi melindungi si kaya atau memiliki jabatan dan menggilas si miskin dan papah alias “tumpul ketas dan tajam kebawah”.

Mentalitas Inlander pula menurunkan mentalitas yang di kenal dengan Marsose Kompeni,mentalitas seperti ini telah menjadi akut pada elit sudah seperti “naluri hidup” mencari patron pada sesuatu yang dianggap memiliki resourcese sudah pasti akan di bela mati-matian sebagai upaya memenuhi hasrat para taipan dan modal dalam ranah perebutan kekuasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun