Rencana Pemerintah Provinsi DIY mengganti logo branding Yogyakarta menuai banyak protes. Kontroversi paling kentara muncul di media sosial, seperti Twitter dan Facebook. Bahkan, beberapa komunitas sempat menggelar diskusi bersama untuk memperbincangkan logo baru Jogja. Salah satunya, gerakan yang dinamakan #JogjaDaruratLogo.
Minggu (2/11/2014). Bappeda DIY menggelar Forum Group Discusiom yang diselenggarakan dalam rangka membahas logo rebranding Jogja yang diadakan di Kantor Pusat BPD DIY, Jalan Tentara Pelajar Nomor 7, FGD tersebut digelar pihak Bappeda DIY sebagai kelanjutan dari urun rembug rebranding Jogja sebelumnya. FGD ini dimaksudkan menggali aspirasi dari segala elemen masyarakat. Karena dalam FGD itu hadir para stakeholders Jogja, seperti seniman, warga, akademisi, budayawan, pejabat daerah, komunitas seni, agensi, media, dan sebagainya.
Banyak usulan yang mengemuka pada pertemuan itu. Hampir semua peserta Kebanyakan menilai logo branding yang baru tidak menggambarkan karakteristik Yogyakarta.
Seniman Butet Kertaradjasa mengapresiasi di balik kontroversi logo Jogja. “Saya mengapresiasi Pak Hermawan karena memperkenalkan satu alternatif logo untuk memancing kontroversi. Dengan demikian, sosialisasi soal branding baru Jogja ini, berlangsung secara cepat dan murah. Terlebih lagi, hasilnya justru menyadarkan masyarakat akan pentingnya branding,” kata Butet dalam Focus Group Discussion (FGD). Butet mengingatkan rebranding penting, tetapi pemerintah juga memperhatikan situasi di masyarakat. Agar kedepannya masyarakat aman dan nyaman tinggaldi kota Joga
Arif Budiman, Pimpinan Petak Umpet, melontarkan usulan kata Istimewa dijadikan tagline untuk menyunsun ulang logo Jogja. Kata Istimewa ini sudah sangat identik dengan Yogyakarta.
Mantan WalikotaYogyakarta, Hery Zuhdianto, yang hadir dalam FGD tersebut mengatakan, momentum rebranding ini seharusnya juga menjadi momentum untuk membumikan spirit keistimewaan ke tengah masyarakat. Menurutnya, sudah dua tahun Jogja menyandang istimewa. Tetapi, “jiwa” keistimewaan belum turun ke masyarakat. “Mudah-mudahan, branding ini menjadi spirit, passion, dan soul untuk masyarakat Jogja.
Bappeda DIY atas beberapa masukan akhirnya akan memikirkan lebih lanjut usulan Hermawan Kertajaya yang mengusulkan agar nantinya ada tim kecil yang dibentuk terdiri berbagai pihak. antara lain seniman, budayawan, praktisi pemasaran. "Modelnya crowdsourcing , yang bekerja menampung bebarapa karya dan masukkan dari semua kalangan. Tim kecil nantinya akan membahas untuk memilih beberapa alternatif logo yang akan diajukan ke Sultan sebagai juri tunggal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H