Mohon tunggu...
BAGUS VIRMAN KURNIAWAN
BAGUS VIRMAN KURNIAWAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Memang benar tidak semua perubahan itu baik, tapi segala yang baik perlu perubahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Kutub Pertumbuhan dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah

31 Oktober 2022   12:59 Diperbarui: 31 Oktober 2022   13:06 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dinamika ekonomi yang menjelma dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat turut masuk ke dalam ranah spasial atau yang dikenal sebagai ekonomi wilayah. Ekonomi wilayah yang merupakan bentuk penerapan dari analisa aspek keruangan ke dalam analisa ekonomi yang secara lebih detail merupakan penggabungan antara ilmu ekonomi tradisional dengan teori lokasi yang didalam pembahasannya membahas sektor-sektor potensial bagi perekonomian pada suatu wilayah yang nantinya akan dianalisis untuk pengclusteran output dari ekonomi di wilayah yang bersangkutan. Ekonomi wilayah merupakan aspek penting dalam perkembangan ekonomi khususnya bagi perekonomian masyarakat dan perkembangan kawasan itu sendiri sebab didalam ekonomi wilayah terdapat kolaborasi pemanfaatan antara sumberdata, masyarakat, dan pemerintahnya. Bagi beberapa kalangan, timbul berbagai pertanyaan tentang bagaimana peran dari ekonomi wilayah dalam membantu menentukan pembangunan suatu wilayah, dan dalam tulisan ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai ekonomi wilayah serta bagaimana peransertanya dalam pengembangan suatu wilayah. Di Indonesia, istilah atau konsep Kutub Pertumbuhan yang merupakan teori pengarahan pembangunan infrastruktur agar terkonsentrasi pada area tertentu yang menajadi kutub pertumbuhan sebab area tersebut yang berpeluang paling besar untuk berkembang karena dipicu oleh sumber daya manusianya yang berprofesi sebagai wirausaha dan semacamnya. Teori seputar kutub pertumbuhan sejatinya telah dikenalkan dan dikembangkan oleh Perroux seorang ahli ekonomi Prancis pada tahun 1955. Menurut teori kutub pertumbuhan yang ditemukan oleh Perroux disebutkan bahwa teori kutub pertumbuhan adalah pengelompokan atau aglomerasi geografis dari berbagai kegiatan di dalam suatu sistem yang kompleks. Maksud dari kalimat tersebut bahwa kutub pertumbuhan adalah pemampatan atau pengumpulan dari beberapa elemen yang berpotensi untuk menjadi modal pengembangan suatu wilayah baik itu elemen yang bersifat spasial maupun aspek manusianya untuk kemudian berkumpul dalam satu kesatuan tempat yang segala proses produksi hingga output yang dihasilkan dari suatu sistem difasilitasi dengan berbagai infrastruktur yang mempermudah segala aspek ekonomi dimulai dari produksi hingga konsumsi agar meminimalisir pembengkakan di proses awal sehingga dalam proses marketingnya dapat menuai hasil yang lebih balance dan profitable bagi kedua belah pihak yakni produsen dan konsumen. Apabila ditimbang dan dilihat dari kondisi kewilayahan di negara kita, tentu kita sadar bahwa adanya potensi suatu sumber daya yang dalam proses produksinya memerlukan unsur pengolahan yang membutuhkan sumber daya di tempat lain akan menyebabkan ketimpangan dalam segi produksi, sehingga hadirlah teori kutub pertumbuhan yang fungsi utamanya ialah meningkatkan kesejahteraan dan mempengaruhi berbagai sektor baik itu sektor ekonomi, sosial, dan budaya agar tersebarnya sumber daya mampu disatukana dalam satu area yang memang dikhususkan bagi pengembangan suatu wilayah khususnya dalam segi perekonomian. Sebenarnya, teori kutub pertumbuhan lahir sebab diilhami oleh teori kewirausahaan yang meyakini bahwa tempat-tempat akan lebih berkembang jika terdapat tempat yang menjadi pusat pengembangan usaha dalam skala besar. Disamping itu, Gunnar Myrdal pada tahun 1957 juga menyatakan bahwa akan muncul pusat pertumbuhan pada setiap daerah yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh, tenaga terampil, modal, dan barang-barang dagangan dari wilayah pinggiran sehingga suatu lokasi akan tertunjang untuk tumbuh dan berkembang. Dengan berubahnya aspek penataan menjadi terpusat kian berdampak terhadap polarisasi dalam pertumbuhan ekonomi. Adapun maksud dari polarisasi pertumbuhan ekonomi yaitu terpisahnya kegiatan ekonomi antara pusat dan pinggiran sebab daya tarik dari wilayah pusat yang cenderung lebih menggiurkan bagi para buruh ketimbang wilayah pinggiran, keadaan seperti inilah yang kemudian merugikan wilayah pinggiran. Di lain sisi, teori mengenai keunggulan kompetitif lokasi memaparkan jika lokasi sangatlah berperan dalam penentu keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu bisnis yang dalam kutip juga dapat diartikan sebagai penentu keberhasilan atau kegagalan pengelolaan dan pembangunan suatu wilayah. Sebab-sebab mengapa lokasi menjadi aspek yang begitu krusial karena aspek lokasi merupakan aspek spasial yang memiliki fitrahnya sendiri, sehingga dalam pengelolaan atau pemanfaatannya akan sangat bergantung terhadap unsur apa yang terkandung atau dimiliki oleh dimensi spasial dalam kawasan tersebut, baik itu dari segi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Atas dasar perbedaan potensi dalam aspek spasial masing-masing wilayah menjadikan tiap lokasi entah dalam cakupan negara, wilayah, atau kota memiliki keunikannya masing-masing yang apabila dianalisis akan memiliki potensi yang berbeda untuk dikembangkan bagi pengembangan kawasan. Oleh adanya keunikan itu juga, sehingga menyokong bagi kemampuan suatu perusahaan untuk bersaing dalam bidang tertentu, inilah yang menjadikan pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah menjadi terangsang. Seringkali keunggulan kompetitif suatu wilayah ditandai dengan lokasinya yang strategis sehingga akses mobilitas menjadi mudah yang berdampak terhadap perputaran roda ekonomi yang begitu cepat pula, atau juga dilihat dari permintaan pasar lokal akan suatu komoditas yang menjadi unggulan dari suatu wilayah, dapat juga ditandai oleh integrasi dengan klaster regional yang mana klaster merupakan critical masses keahlian, informasi, kerja sama, dan infrastruktur dalam bidang tertentu yang apabila diarahkan pada bidang industri akan melahirkan penyokong besar bagi PDRB wilayah seperti contoh Hollywood dan Bollywood, atau bahkan keunggulan kompetitif ditandai dari sumber daya manusianya yang melimpah sehingga apabila dimanfaatkan dengan baik dan benar maka massa yang begitu banyak akan melahirkan produktivitas yang tinggi dalam pembangunan. Dalam perkembangan wilayah, penerapan dari teori kutub pertumbuhan sebagai rencana strategi tata ruang adalah penetapan konsentrasi investasi infrastruktur pada suatu ruang dengan kota sebagai simpul utama bagi pertukaran ekonomi wilayah dengan cakupan yang lebih luas. Menurut Sullivan pada 2012, kutub pertumbuhan didefinisikan sebagai area pasar dari kota yang luas pasarnya ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain permintaan per kapita yang menyangkut jumlah demand dari konsumen yang diberikan, lalu pendapatan yang berhubungan dengan target pasar, juga terdapat kepadatan penduduk yang cukup berpengaruh terhadap luas area pasar karena semakin padat jumlah penduduk maka akan semakin luas pula area pemasaran, selanjutnya ialah skala ekonomi yang berkaitan dengan besar atau tidaknya lingkup pemasaran, dan terakhir ditentukan oleh biaya transportasi dimana semakin mahal biaya transportasi maka umumnya area pemasaran akan menjadi lebih kecil. Dengan berbagai strata dan ulasan mengenai kutub pertumbuhan dan kaitannya terhadap ekonomi wilayah, ditemukan bahwa kutub pertumbuhan adalah ilmu yang sangat bersinergis dengan tata ruang sebab elemen-elemen dan analisis penunjang di dalamnya yang berimbas langsung terhadap sektor pengembangan ekonomi di suatu wilayah. Bagaimana tidak? Aspek keruangan (spasial) merupakan unsur dasar yang menjadi wadah dari segala kegiatan, tak terkecuali kegiatan perekonomian. Oleh karenanya, dalam analisis ekonomi wilayah, aspek keruangan menjadi penting untuk menentukan titik pusat pengembangan sumber daya potensial suatu kawasan, sebagai tempat mobilisasi aktivitas ekonomi, sebagai penyedia sumber daya yang dibutuhkan bagi keberlangsungan kegiatan perekonomian, dan lain sebagainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun