Oleh Bagus Styoko Purwo
Bung Karno menyerukan beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.
Tantangan zaman bergulir hingga di masa kita, generasi sejak kemerdekaan RI di proklamirkan. Kita memasuki dunia fase kecanggihan menjadi jawaban atas persoalan-persoalan remeh seperti bagaimana membuat follower akun sosial media menanjak dan bagaimana angel ketika selpi nampak indah mempesona. Kita sedang dijejali layanan-layanan instan. Menikmatinya sepanjang hari sampai kita tidak sadar tidak memberikan arti apa-apa untuk waktu yang telah berlalu. Tapi tidak semua dari kita, generasi keemasan bangsa, terlena dengan itu semua. Semoga setelah menyelesaikan pembacaan ini jadi semacam refleksi diri.
Saya sedang berada di usia menggebu-gebu untuk melakukan semacam perubahan di lingkungan saya beraktivitas. Pada diri sendiri saya senang menantang untuk menempuh perubahan dalam sepekan, lanjut sepekan berikutnya hingga genap satu bulan. Maksudnya untuk mengoptimalkan segarnya pengetahuan yang terserap, mendayagunakan fasilitas-fasilitas yang terserta di kegiatan saya sehari-hari. Dinamikanya begitu berkesan. Saya menikmati setiap perubahan kecil yang terjadi. Di luar sana pasti yang lebih ekstrem dari yang saya lakukan tidak satu, dua orang - wah banyak pastinya. Untuk memudahkan pencarian mereka, di layar kaca mereka diberikan ruang dan mengisahkan laku revolusinya. Luar biasa.
Tantangan zaman yang saya hadapi seperti kemudahan akses melalui teknologi, atau peningkatan taraf sosialita yang  tanpa mengenal usia, saya rasa dengan itu semua bisa menjadi modal kebangkitan bangsa ini. Sependek amatan saya, kita sedang mengalami ketidakefektifan penggunaan teknologi. Mari kita cermati tentang fasilitas internet, apakah sudah kita rasakan membantu menuntaskan sekian kebutuhan selama ini. Internet seperti dunia kedua setelah dunia realitas kita yang sesungguhnya. Dunia yang terhubung melalu kerja satelit telekomunikasi itu menyingkat proses sehingga terasa cepat. Kita perlu suatu hal, singgahlah ke dalamnya, sepersekian detik hal tersebut kita raih. Bahkan tanpa mengeluarkan tenaga ekstra. Begitulah tantangan kita di golden age internet.
Saya pengajar yang terbantukan penuh saat pandemi menggila. Kegiatan belajar dan mengajar dilaksanakan melalui zoom, gcr dan sejenisnya. Persoalan berikutnya muncul, anak-anak mudah jenuh terhadap penerimaan bahan ajar tanpa penjelasan dari bapak ibu guru. Praktislah saya memanfaatkan youtube untuk merekam metode pengajaran satu arah dengan penjelasan-penjelasan materi. Lumayan efektif saat itu, tapi masih bermasalah di daya serap penerimaan ke anak-anak. Kualitas belajar sedikit diragukan.
Untuk kesekian kalinya kita menggunakan internet, semoga kita menyadari potensi diri sendiri yang bisa dioptimalkan sebagai sumbangsih membangun bangsa. Bangsa kita memerlukan peningkatan di ranah sumber daya, maka kita yang cakap hal itu masuklah sebagai kontributor. Kapan lagi bermanfaat untuk bangsa sendiri.
Babelan Kota, 28 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H