Mohon tunggu...
Bagus Septiyanto
Bagus Septiyanto Mohon Tunggu... Petani - Sedang belajar menulis artikel:)

Fakultas Pertanian dan Bisnis Agroteknologi '19

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kulit Pisang yang Dianggap "Limbah" Ternyata Memiliki Manfaat bagi Tanaman

7 Februari 2021   18:01 Diperbarui: 7 Februari 2021   18:38 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pisang merupakan salah satu buah tropis yang banyak ditemukan di Indonesia. Buah yang bernama latin (Musa paradisiaca L.) ini sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia baik secara mentah atau diolah terlebih dahulu. Karena pisang memiliki beragam manfaat bagi kesehatan tubuh. 

Namun dibalik manfaat yang beragam tersebut, limbah kulit pisang menjadi permasalahan tersendiri. Selain mengganggu pemandangan, kulit pisang yang dibuang sembarangan juga akan menimbulkan bau tidak sedap bahkan bisa membuat orang lain terjatuh jika menginjaknya. Saat ini mulai banyak penelitian dan pengembangan ilmu tentang pengolahan limbah kulit pisang. Sebagai contoh pengembangan ilmu tentang pengolahan kulit pisang menjadi pupuk organik sebagai inovasi sumber hara.

Tanaman membutuhkan unsur hara untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal. Kebutuhan hara diperoleh dari alam sekitar maupun pemberian manusia (pemupukan). Pupuk organik kulit pisang ini diolah dengan menggunakan bahan-bahan organik (tanpa bahan kimia). Pupuk organik ini lebih ramah lingkungan dan juga harganya lebih terjangkau daripada pupuk anorganik. Pupuk organik yang berasal dari kulit pisang ini memiliki kandungan unsur hara Nitrogen, Phospor, dan Kalium yang cukup tinggi. Pupuk organik kulit pisang ini bisa menjadi inovasi asupan hara tanaman.

Berdasarkan hasil analisis pada pupuk organik padat dan cair dari kulit pisang kepok yang dilakukan oleh penulis di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, maka dapat diketahui bahwa kandungan unsur hara yang terdapat di pupuk padat kulit pisang kepok yaitu, C-organik 6,19%; N-total 1,34%; P2O5 0,05%; K2O 1,478%; C/N 4,62% dan pH 4,8 sedangkan pupuk cair kulit pisang kepok yaitu, C-organik 0,55%, N-total 0,18%; P2O5 0,043%; K2O 1,137%; C/N 3,06% dan pH 4,5. (Sumber: media.neliti.com).

Cara pembuatan pupuk organik kulit pisang terbagi menjadi 2, yaitu pupuk organik cair dan pupuk organik padat. Untuk pupuk organik cair, bahan yang perlu disiapkan yaitu limbah kulit pisang, larutan gula, EM4 (Effective Microorganism 4), dan air. Langkah pertama yang dilakukan yaitu blender kulit pisang hingga halus dan dilarutkan dengan air. Perbandingan kulit pisang dan air yaitu 1:1. Kemudian larutan kulit pisang tersebut dicampur dengan larutan gula dan EM4 untuk proses pemecahan senyawa kulit pisang. Setelah itu, larutan didiamkan selama 3 hingga 4 hari sehingga terjadi proses fermentasi.

Sedangkan untuk pembuatan pupuk padat, bahan yang diperlukan yaitu limbah kulit pisang, pot atau kantong, dan tanah. Langkah pertama yaitu masukkan kulit pisang ke dalam pot atau kantong yang sudah disiapkan. Kemudian tanam kulit pisang tersebut menggunakan tanah. Setelah itu, didiamkan 2-3 minggu sehingga terjadi proses penguraian mikroorganisme.

Untuk pengaplikasiannya, pupuk organik cair terlebih dahulu dilarutkan dengan air. Dengan perbandingan pupuk cair : air yaitu 1:10. Penggunaannya sama seperti pupuk organik cair pada umumnya. Namun, pupuk organik cair kulit pisang perlu dikombinasikan dengan pupuk lain yang memiliki kandungan nitrogen tinggi, karena pupuk organik cair kulit pisang memiliki unsur hara nitrogen yang rendah. Kemudian untuk pengaplikasian pupuk organik padat kulit pisang sama seperti pupuk padat (kompos) lainnya, yaitu hanya cukup tambahkan pupuk ke media tanam yang digunakan.

Pupuk organik kulit pisang bisa menjadi inovasi yang sangat dianjurkan. Pembuatan pupuk organik kulit pisang ini diharapkan mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Pupuk organik juga lebih efisien bagi para petani. Selain itu juga diharapkan mampu mengurangi paparan bahan kimia pada tanaman sehingga dihasilkan tanaman yang lebih aman untuk dikonsumsi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun