Mohon tunggu...
Bagus Rai
Bagus Rai Mohon Tunggu... -

Lahir sebagai seniman lukis dan sejak awal akrab dengan gaya realis menggunakan acrilik diatas kanvas. Keinginan terpendam adalah pameran di galery besar di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gundul Bocah Saat Otonan

14 Maret 2012   06:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:04 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13317071131009245206

Di Bali umat Hindu tidak mengenal yang namanya ulang tahun, kelahiran disebut dengan otonan. Datangnya setiap 6  bulan sekali, karena mereka menggunakan perputaran bulan untuk menghitung hari kelahiran. Dia yang lahir pada Sukra Umanis Menail misalnya akan merayakan otonannya dua kali dalam setahun. Sekali di awal  tahun sekali di akhir tahun bergantung dari perputaran bulan. Bila hari otonannya jatuh pada bulan purnama, mereka merayakannya dengan besar besaran. Mengundang seluruh kerabat saudara jauh juga pemuka agama dan pemuka adat. Otonan juga dijadikan tonggak perkembangan seseorang. Saat oton jatuh untuk yang ketiga kalinya, si anak tak peduli laki atau perempuan akan digunduli rambutnya sampai plontos. Maka tak jarang bocah manis yang mirip boneka barby pada hari oton yang ketiga itu harus kehilangan kecantikannya untuk sementara. Pada hari yang berbahagia itu, sejak pagi sianak sudah diberikan aneka macam bebantenan sebagai simbol dia memasuki dunia baru berganti rambut. Karena menurut kepercayaan orang Bali, begitu menginjak tiga oton, maka rambut yang tumbuh lebat sejak lahir itu harus digunduli. Nantinya akan tumbuh rambut yang lebih bagus lebih lebat dan tentu saja lebih suci. Selain pada oton ketiga pada bulan ketika semenjak kelahirannya anak diberi upacara yang disebut nelu bulanin. Saat itulah si anak diperbolehkan untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di tanah. Selainjutnya berturut turut setiap oton akan terjadi perkembangan yang sesuai dengan tingkatannya. Pada oton ke 20 akan diadakan oton menek bajang atau truna. Dimana anak dibuatkan banten untuk pertanda dia telah akil balig. Begitu juga saat oton ke 30 dibuatkan upacara mapandes atau potong gigi. Si anak dibuatkan upacara khusus yang menandakan dia telah siap untuk mengarungi kehidupan orang dewasa. Sampai kemudian saat dia kawin, saat dia melahirkan anak saat punya anak dan cucu dibuatkan otonan khusus yang menyimbulkan berapa tingkatan dalam hidup yang telah dia lewati. Setiap hari otonan tidak perlu dibuatkan kue tart yang megah. Atau dilakukan di hotel mewah, cukup banten yang diberi kembang, canang, janur, air dan api. Namun beberapa keluarga yang sudah modern akan menggabungkan juga otonan itu dengan hari ulang tahun. Ini untuk membuat si anak tidak hanya mengenal kelahiran secara tradisional tapi juga agar akrab dengan globalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun