[caption id="attachment_187269" align="aligncenter" width="500" caption="ilustrasi/admin(shuttersttock.com)"][/caption] Kira-kira tiga dekade yang lalu, program keluarga berencana di Indonesia sempat mengalami masa-masa kejayaan. Pada waktu itu ada kekhawatiran akan terjadinya ledakan jumlah penduduk, dan pemerintah orde baru membuat ancang-ancang untuk meminimalisasi generasi baby boomers. Bisa dikatakan program keluarga berencana waktu itu cukup efektif untuk menekan jumlah penduduk. Patronisasi bahwa program KB identik dengan Keluarga Cendana membuat program ini juga mengalami kolaps bersamaan dengan lengsernya Presiden Soeharto pada tahun 1998. Bahkan badan khusus yang mengurusi keluarga berencana, BKKBN, sempat dibekukan untuk beberapa masa. Pola-pola kekuasaan yang digunakan waktu itu untuk mencampuri urusan rumah tangga setiap warga negara sangat tidak relevan, meskipun program KB nya sendiri terbukti efektif. Program KB seharusnya mampu mengarahkan masyarakat untuk mulai menyadari tentang pentingnya perencanaan kehamilan sebagai bagian terpenting dalam manajemen rumah tangga. Apakah saat ini benar-benar diperlukan perencanaan kehamilan dengan keluarga berencana ? Keluarga berencana adalah sebuah opsi bagi pasangan ketika mereka memutuskan diantara pilihan untuk menentukan berapa banyak anak yang ingin mereka miliki, seberapa dekat jarak usia antara anak-anak, dan apa metode kontrasepsi yang akan digunakan untuk mencegah kehamilan. Ada banyak hal yang perlu diingat ketika pasangan memutuskan untuk melakukan perencanaan kehamilan. Paradigma-paradigma di bawah ini bukanlah paradigma baru. Namun lebih dipertajam dan disesuaikan dengan perkembangan jaman agar hak-hak reproduksi tidak ada yang dilanggar  dan kesejahteraan keluarga menjadi lebih terjamin. Keuangan dan Tempat Tinggal Salah satu hal yang perlu diingat ketika merencanakan sebuah keluarga adalah untuk memastikan terlebih dahulu kondisi keuangan yang stabil dan adanya tempat tinggal yang cukup bagi anak-anak yang direncanakan. Anak-anak merupakan fokus utama dalam menentukan mengikuti program KB atau tidak. Mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan harus diukur dengan kemampuan finansial dan potensi berapa jumlah anak yang cukup. Slogan bahwa dua anak cukup saat ini rasanya tidak terlalu relevan. Jika Anda mampu membiayai dengan sangat baik lima orang anak, mengapa tidak merencanakan untuk memiliki lima orang anak saja. Dahulu kekhawatiran utama dari baby boomers adalah tidak tercukupinya sumber daya yang layak untuk dapat menghidupi bayi-bayi yang lahir. Namun Eropa yang sangat sukses dengan penjarangan kehamilan pun sekarang mengalami krisis dengan sedikitnya jumlah penduduk. Bahkan di beberapa negara, jika Anda hamil akan diberikan insentif oleh negara. Dan jangan lupa bahwa jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu kekuatan utama sebuah bangsa. Namun bukan besar tapi tidak berdaya. Jika memungkinkan besar namun powerfull. Demikian juga dengan rencana keluarga Anda. Jika Anda mampu menciptakan kualitas yang sangat baik untuk sebuah keluarga besar, mengapa tidak. Kondisi Lingkungan Pertimbangkan untuk melihat lingkungan Anda terlebih dahulu sebelum memutuskan perencanaan kehamilan. Seberapa aman lingkungan Anda, seberapa dekat rumah Anda dengan sekolah, dan seberapa banyak akses bermain atau belajar lainnya yang dekat dengan lingkungan. Tidak semua keluarga cukup beruntung untuk memiliki tempat tinggal di lingkungan yang sangat ideal. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih tinggal di daerah urban atau rural yang benar-benar tidak nyaman untuk ditinggali. Jika demikian pembatasan kehamilan menjadi hal yang sangat wajar dilakukan. Namun jika Anda tinggal di lingkungan yang sangat ideal dan anda yakin dengan akses kesejahteraan anak-anak Anda, termasuk sarana pendidikan dan kesehatan yang layak, mengapa tidak ? Kondisi Kesehatan Anda Anda harus mempertimbangkan kondisi kesehatan Anda, karena mengurus anak-anak memerlukan tenaga dan waktu yang lebih. Bahkan bisa menyita sebagian besar tenaga Anda. Riwayat penyakit dalam keluarga juga menjadi pertimbangan besar, Jika Anda dilahirkan dari seorang keluarga yang punya riwayat diabetes, serta Anda menikah dengan orang yang juga punya riwayat diabetes, maka kemungkinan anak-anak Anda untuk terkena diabetes menjadi lebih  besar. Perlu dilakukan upaya-upaya preventif selain upaya penjarangan kehamilan, Misalnya dengan lifestyle yang baik agar seluruh keluarga terbebas dari kondisi kesehatan yang buruk. Jika Anda yakin bahwa Anda dan pasangan mampu dan cukup sehat untuk mengurus anak-anak, mengapa tidak? Putuskan Bersama Jaman dahulu, pilihan untuk mengikuti program KB atau bukan diputuskan oleh pasangan. Namun ditentukan oleh negara. Bahkan menyertakan Koramil dan Babinsa untuk melakukan sweeping terhadap penduduk yang tidak mengikuti program KB. Pola-pola seperti itu memang sangat kuno dan saat ini sudah tidak dipakai lagi. Menentukan pilihan dalam KB dikembalikan kepada kedua pasangan. Yang paling mengetahui kondisi pernikahan adalah pasangan tersebut. Karena kedua pasangan ini akan mengarungi rumah tangga berdua, maka keputusan juga harus diambil berdua. Mencari Informasi Di jaman yang serba cepat ini, informasi sangat mudah didapatkan. Dahulu mungkin perlu didirikan pos-pos KB sebagai tempat bertanya tentang metode kontrasepsi atau pilihan-pilihan untuk perencanaan kehamilan. Namun sekarang Anda bisa bertanya kepada Google atau Twitter dan biasanya cukup akurat. Sebelum memutuskan metode kontrasepsi apa yang akan dipilih, silakan pelajari dahulu mana yang kira-kira sesuai dengan Anda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H