Saat ini, kebutuhan akan penampilan menjadi penting bagi masyarakat. Kebutuhan akan penampilan bukan semata-mata hanya dilihat dari keunikan baju yang dikenakan maupun gaya fashion saja, melainkan juga tatanan rambut nya. Mungkin pada zaman dahulu, tatanan rambut hanya dipikirkan oleh kaum wanita saja. Wanita dapat melakukan treatment rambut dengan pergi ke salon kecantikan, sedangkan pria merasa tidak terlalu memusingkan penampilan rambutnya dan cukup ke tukang cukur terdekat serta memotongnya tanpa memikirkan model apa yang cocok diterapkan untuk model kepala nya.Â
Akan tetapi, faktanya, saat ini kebutuhan untuk melakukan penataan rambut untuk menjaga penampilan ternyata juga menjadi kebutuhan bagi kaum pria. Perkembangan teknologi informasi membuat perubahan terhadap stigma "salon" itu sendiri. Sekarang, kebutuhan pria untuk treatment rambut mereka sama dengan kebutuhan kaum wanita untuk mengurus rambutnya ke salon kecantikan. Oleh sebab itu, bisnis barbershop mulai menjamur.Â
Model-model rambut dari tokoh-tokoh terkenal, seperti pemain bola sekelas Christiano Ronaldo, David Beckham, serta artis-artis papan atas holywood lainnya menjadi latarbelakang menjamurnya bisnis ini. Di tambah lagi, pelayanan barbershop jauh berbeda dibandingkan tukang cukur konvensional, di mana suasana barbershop akan di buat seolah-olah memang tempat untuk treatment rambut secara professional dan memang ditangani oleh orang-orang ahli pada bidangnya. Pada tahun 2017 saja, setidaknya ada kurang lebih 5.000 brand barbershop yang ada di seluruh Indonesia (Sindonews.com, 2017). Istilah "Tukang cukur" pun berubah menjadi "capster". Perubahan nama ini menjadikan barbershop dianggap memiliki penata rambut lebih professional dibandingkan "tukang cukur" pada umumnya.
Dilatarbelakangi dari situasi tersebut, penulis mencoba mengembangkan suatu inovasi bisnis barbershop yang lain daripada yang lain. Biasanya, barbershop hanya bertempat pada satu lokasi dan menetap saja. Namun, penulis mencoba untuk mengubah hal tersebut. Mengapa tidak "kita" yang menjemput bola ke pada konsumen? Di tambah lagi, penggunaan media sosial menjadi salah satu katalisator dalam hal promosi inovasi produk ini.
Nantinya, barber mobile ini akan menggunakan mobil berukuran cukup besar (minibus) dengan menggantikan interior mobil menjadi suasana barber. Kemudian, mobil tersebut akan berkeliling di jalanan Ibukota sehingga tidak menetap pada satu tempat saja. Ide ini telah dikembangkan di Bandung, namun untuk di wilayah Jakarta sendiri belum pernah ditemui. Dengan menerapkan konsep instagramable, penulis merasa bahwa ide bisnis ini bisa menjadi salah satu hal yang booming jika diterapkan, karena konsumen akan merasakan pengalaman lain ketika mereka mencukur rambutnya, yaitu merasakan sensasi mencukur di dalam mobil/bus.
Penulis akan mencoba memberikan pandangan terkait Business Model Canvass dari inovasi produk ini, yaitu:
Value Proposition
 Value proposition dapat diukur salah satunya berdasarkan inovasi atau kebaharuan dari suatu produk. Pada intinya, value proposition adalah nilai apa yang akan kita berikan kepada calon konsumen dari produk barang/jasa yang kita tawarkan. Dalam produk ini, value proposition terletak di inovasi produk. Pengubahan terhadap metode pendirian barbershop di mana, mayoritas di dirikan dengan bangunan tetap, sedangkan produk ini akan memberikan suasana baru yaitu sensasi memotong rambut di atas mobil/bus yang tentunya telah di modifikasi terlebih dahulu.
Customer Segmentation
Customer segment produk ini merupakan konsumen pria, di mana segmentasi prioritas kami adalah konsumen yang memang sangat mementingkan perihal perawatan dan model rambutnya. Selain itu, segmentasi berikutnya akan menyasar kaum pria di generasi milenial secara keseluruhan. Hal ini digunakan untuk memberikan customer first experience sehingga nantinya akan membantu dalam hal promosi produk. Generasi milenial dipilih karena intensitas mereka menggunakan smartphone dan mengakses internet khususnya sosial media cenderung tinggi.
Customer Relationship