Deskripsi
Sebuah karya milik Teguh S Priyanto, berjudul “no parking” dibuat dalam acara Jogja Street Sculpture Project : ANTAWACANA. Karya dengan bentuk konsep vespa nyata terperosok didalam trotoar dengan reprentasi no parking adalah sebuah pertinjau terhadap kesemrawutan lalulintas dan perparkiran sebuah otokritik. Jika dilihat visual karya ini terdapat vespa dengan bagian ban depan terperosok ke dalam trotoar sampai-sampai ban depan tidak terlihat lagi sehingga posisi vespa nungging dengan ban belakang menjulang ke atas sekitar 20-30cm dari trotoar. Diletakkan pada jalan mangkubumi pada trotoar tengah didepan kantor kedaulatan rakyat posisi kepala vespa mengarah ke selatan.
Makna
Dalam karya seni patung ini terdapat kode-kode sosial yang terdiri dari lima kode yaitu, kode hermeneutik, kode semik (konotatif), Kode simbolik, Kode proaretik (narasi), Kode gnomik (kultural) (Barthes dalam Sobur, 2013:65-66)
Kode hermeneutic terlhat pada aspek papan keterangan yang terdapat pada samping karya dan tampak tanda verbal yang sebagai judul karya tersbut yatu “ No Parking” dan bila terlihat pada tanda visual karya tersebut terlihat memang vespa tersebut tidak sedang dalam keadaan di pakir namun vespa tersebut dalam keadaan terperosok ke dalam trotoar. Padahal bila dirasa – rasa trotoar terdiri dari batuan yang disusun seirama diatas tanah yang padat namun kenapa bisa vespa yang dikategorikan kedaraan roda dua yang bermotor dapat terperosok di dalam trotoar? Apa yang begitu memberatkan?
Jawabanya terdapat pada toko yang tepat berada di barat karya tersebut. Ketika itu saya melihat beberapa truck pembawa stok cat yang sedang bongkar muatan dan parkir di depan toko itu, dan di depan tersebut terdapat trotoar dan jalan yang hampir 80% terganggu kegunaan nya ketika truck bongkar muatan dan parkir di depan toko tersebut belum lagi ketika kurir berhamburan bergantian mengangkat barang, jalan tersebut hampir tidak bisa dilalui, bisa dilalui pun harus menunggu aktifitas kurir yang sedang di jalan tersebut atau cari celah diantara kerumunan aktifitas tersebut. Sehingga mau tidak mau pesepeda atau motor yang ingin berkeperluan balik arah utara jadi harus menunggu atau yang paling nekat berani masuk ke jalur utama. Dan hal tersebut dapat menjadi jawaban atas kenapa karya tersebut di display pada seberang toko cat dan merespon kenapa warna vespa tersebut menggunakan warna merah yang membuat mata tertarik terhadapnya.
Kode simbolik terlihat pada aspek kontradiksi atau pertentangan dua unsur. tampak tanda verbal “No Parking” dan dengan tanda visual vespa yang terperosok dan menghadap ke selatan. Bila dilihat dari arah jalan Mangkubumi ke selatan di bagian selatan ril kereta tepat di barat pancuran air terdapat proyek pembangunan, dulu di bagian itu biasa dipakai parkir bus pariwisata namun sekaran sedang dalam proses pembangunan dan belum dioprasikan lagi sebagai lahan parkir. Pembagunan parkir tersebut yang nantinya akan digunakan parkir spedamotor, mobil atau bus seperti desain parkiran portable yang ada di Ngabean. Ternyata ini adalah proyek dari Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIJ dengan tujuan parkir sepeda motor di sisi timur Malio-boro tahun ini akan dipindahkan dan Ini merupakan sentuhan pertama dalam penataan Malioboro.
Dan ketika diihat dari kode verbal “no parking” dan dengan kode visual pengguna motor bertipe vespa sendiri yang biasanya tergolong tipe motor yang dipilih karena konsumsi mengendarainya santai dapat diartikan dengan belum adanya tindakan yang bersifat efek jera sehingga santainya si pelaku pelanggaran tata keola trotoar yang digunakan sebagai lahan parkir dan aktifitas lain yang tidak semestinya dengan tidak melihat hak pejalan kaki yang seharusnya leluasa dan nyaman dalam menggunakan trotoar.
Kode narasi yaitu kode yang mengandung cerita terlihat pada konsep karya yang berbunyi “ no parking adalah sebuah pertinjauan terhadap kesemrawutan lalulintas dan perparkiran, sebuah otokritik” dan dilihat dari objek visual vespa dengan arah kepala menghadap ke selatan. Kenapa vespa terperosok dan kepala atau setir vespa menghadap ke selatan? Jawabanya ada pada ujung selatan jalan malioboro. Yang sekarang sedang dalam proyek penambahan batu batu konblok yang di susun tepatnya ditengah perempatan 0 km. akibat dari royek tersebut lalulintas di 0 km jadi kurang lancar dikarenakan adanya penutupan salah satu ruas jalan yang bersifat bergilir di perempatan tersebut.
Kode kultural pada aspek tanda verbal dari judul karya “No Parking” dan tanda visual berupa ikon vespa yang diproduksi dari Italy? Dan kenapa pemilihan objek mengambil kendaran bermotor berjeis vespa? Ketika dilihat dari berita di berbagai media dan falsh back ke tahun 2012 di jogja tepatnya 1 Juni 2012 Andy Leeano, warga desa Wirosaban Yogyakarta, telah memutuskan untuk melakukan perjalanan solo untuk bangsa Eropa pada Vespa 51 tahun lamanya skuter. Andy berangkat dari Yogyakarta dari Alun-alun Utara, Jumat (1 Juni) melalui Bandung (Jawa Barat) dan Purworejo (Jawa Tengah) sebagai tahap pertama dari perjalanan 27.000 kilometer ke Italia.
Perjalanan ini ia lakukan dengan mengusung misi mulia yaitu ingin mempromosikan budaya Indonesia kepada dunia yang selama ini tidak dipolulerkan dengan gencar. Dan tidak hanya itu Andy akan mengenakan pakaian khas Yogyakarta, yaitu celana panjang batik, pakaian surjan bermotif lurik, lengkap dengan blangkon di kepala. (dikutip dari kompasiana.com) dan hal ini sebagai jawaban atas “No Parking” dan objek visual vespa dari Italy yang dalam keadaan terperosok. Kesimpulannya yaitu ingin mempomosikan budaya Indonesia kepada masyarakat luas agar budaya ini dikenal oleh seluruh mata dunia. Budaya tersebut dapat keluar dinikmati oleh dunia dan tidak terperosok dalam lingkup daerah itu sendiri.