Di kala kita sendiri,dimana kita tidak punya teman.kita merasakan pahitnya hidup dengan memendam segala permasalahan yang selalu menghantui kita sepanjang harinya.disitulah kita mulai merasa hampa dan ada niatan untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.kita lupa akan adanya teman yang setia yang selalu menemani kita di setiap harinya.teman yang selau setia tersebut adalah diri kita sendiri.
Self talk-ing. Apasih self talk-ing itu ? self talk-ing merupakan berdialog dengan diri sendiri. Self talk-ing bisa bisa disebut sebagai sebuah percakapan yang dilakukan dengan diri sendiri.
Kesepian merupakan sebuah kondisi perasanan yang berkaitan dengan pengalaman subjektif tentang isolasi sosial.manusia sebagai makhluk sosial tentu memiliki kebutuhan untuk dekat dan terkoneksi dengan dengan orang lain,itulah sebaiknya kita lebih sering sering berbaur dengan orang sekitar.memang hal tersebut sulit untuk dilakukan.akan tetapi hal tersebut sangat penting untuk memperbaiki mental kita.dengan kita mencoba untuk bersosialisasi kita bisa meluapkan emosi kita dengan bercerita masalah kita dengan orang lain dan masalah kita tersebut bisa tersalurkan kepada orang lain dan tidak hanya berputar putar dan memenuhi pikiran kita.
Pentingnya self talk-ing
Banyaknya kasus bunuh diri yang disebabkan oleh sepinya diri seorang individu yang tidak mempunyai teman untuk bertukar cerita,hal ini yang sangat sering terjadi di dunia kususnya negara berkembang seperti indonesia.self talk-ing (berdialog dengan diri sendiri) sangat sangat dibutuhkan untuk setiap individu.tidak perlu jauh jauh mengartikan self talking.dengan kita mengatakan hal yang positif kepada diri sendiri merupakan bentuk self talk-ing.
Sebagai contoh :
"Semuanya akan baik-baik saja." Padahal kondisinya saat itu kita tahu bahwa kita berada dalam kondisi yang tidak baik baik saja .
"Aku masih bahagia, kok." Padahal sebenarnya kita merasa kecewa dan sedih karena tidak ada orang yang cukup memahami diri kita.
Toxic positivity adalah sebuah kondisi ketika kita berusaha untuk mengubah secara paksa pemikiran negatif kita menjadi sesuatu yang positif. Aku menggunakan kata "paksaan” karena biasanya kita mengabaikan perasaan dan pikiran kita yang sebenarnya. Padahal kita adalah manusia yang bisa sedih, marah, kecewa, dan terluka. Kita manusia yang punya sisi kelemahan dari diri kita. Buatku, bukan selalu terlihat kuat yang menjadikan kita ini hebat, tapi mengakui, merangkul, dan membuka diri dengan sisi lemah diri kita yang menjadikan kita lebih kuat.
Kita tidak selalu harus berpikiran dan berkata-kata positif, tapi jangan sampai juga kita terhanyut dalam pikiran negatif kita. Aku suka mengibaratkan pikiran itu seperti sebuah termometer yang bersifat berkelanjutan. Ada suhu tinggi atau positif, ada suhu rendah atau minus, dan juga ada suhu 0 atau netral. Pikiran dan perasaan kita bisa berubah naik turun dalam keberlanjutan tersebut. Untuk dapat mengubah suhu yang tinggi menjadi suhu yang rendah, kita harus melewati titik 0 atau netral tersebut. Sama halnya dengan mengubah pikiran negatif kita menjadi pikiran yang lebih positif, kita perlu melewati atau membuat pikiran netral terlebih dahulu.