Mohon tunggu...
Bagus Hendrayono
Bagus Hendrayono Mohon Tunggu... Human Resources - Biodata

A well-rounded Recruiter, Trainer and Business Acquisition Professional with 10+ years’ experience rounding from Local Corporation and Multinational Corporation. Most of my Career lies between Recruitment and Sales and currently working with a Startup Executive Search company.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bisakah Menolak Pelamar Kerja karena Aktivitas Medsosnya?

20 Agustus 2024   16:02 Diperbarui: 20 Agustus 2024   23:55 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menolak kandidat berdasarkan aktivitas media sosialnya adalah topik yang kontroversial dan memerlukan pertimbangan hukum serta etika. Aktivitas media sosial sering kali mencerminkan kepribadian dan nilai seseorang, namun hal ini juga bisa menimbulkan diskriminasi atau pelanggaran privasi. Misalnya, jika seorang kandidat menyatakan pandangan yang kontroversial atau berbagi konten yang dianggap tidak pantas, perusahaan mungkin merasa itu mencerminkan citra yang buruk bagi mereka. Namun, penolakan berdasarkan hal ini bisa melanggar hukum jika dilakukan secara tidak adil atau diskriminatif.

Selain itu, penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan relevansi aktivitas media sosial dengan pekerjaan yang dilamar. Jika aktivitas tersebut tidak berdampak langsung pada kemampuan kandidat untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, menolaknya bisa menjadi tindakan yang berlebihan. Di sisi lain, jika aktivitas tersebut menunjukkan perilaku yang tidak profesional atau melanggar nilai-nilai perusahaan, maka perusahaan mungkin memiliki alasan yang sah untuk mempertimbangkan hal ini dalam proses rekrutmen.

Namun, perusahaan juga harus berhati-hati untuk tidak melanggar privasi kandidat. Mengakses akun media sosial pribadi tanpa izin atau menilai kandidat berdasarkan informasi yang tidak relevan bisa dianggap sebagai pelanggaran etika. Penting bagi perusahaan untuk memiliki kebijakan yang jelas dan transparan tentang bagaimana mereka menggunakan informasi dari media sosial dalam proses rekrutmen.

Dari perspektif kandidat, penting untuk menyadari bahwa apa yang mereka bagikan di media sosial bisa mempengaruhi peluang karier mereka. Oleh karena itu, menjaga profesionalisme di media sosial dan mengelola privasi dengan baik adalah langkah yang bijaksana. Kandidat juga harus menyadari hak-hak mereka dan memastikan bahwa mereka diperlakukan secara adil selama proses rekrutmen. Penting juga berdiskusi dengan Agen Perekrutan anda, seperti Headhunter apabila anda diproses melalui mereka, karena Headhunter biasanya bisa memberikan saran yang akan membantu anda di situasi ini.

Secara keseluruhan, menolak kandidat berdasarkan aktivitas media sosial adalah keputusan yang kompleks dan harus dilakukan dengan hati-hati. Perusahaan perlu menyeimbangkan antara melindungi citra mereka dan menghormati hak-hak kandidat. Memiliki kebijakan yang jelas, menghormati privasi, dan memastikan penilaian yang adil adalah kunci untuk menghindari potensi masalah hukum dan etika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun