Mohon tunggu...
Bagus Dwi
Bagus Dwi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Latar Belakang Munculnya Murjiah

25 September 2018   23:03 Diperbarui: 25 September 2018   23:25 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kalam secara harfiah berarti pembicaraan. Istilah ini merujuk pada
sistem pemikiran spekulatif yang berfungsi untuk mempertahankan Islam dan
tradisi keislaman dari ancaman maupun tantangan dari luar. Para pendukungnya
adalah orang-orang yang menjadikan dogma atau persoalan-persoalan teologis
kontroversial sebagai diskusi dan wacana dialektik, dengan menawarkan buktibukti spekulatif untuk mempertahankan pendirian mereka.

Para ulama sepakat bahwa tauhid adalah dasar utama dan pertama dalam ajaran Islam. Ketauhidan
zaman Nabi ditanamkan oleh beliau melalui sikap dan tingkah laku bertauhid,
yang apabila ada suatu masalah, bisa langsung ditanyakan kepada Nabi.
Isu pertama yang berakibat langsung pada keretakan masyarakat muslim
sesaat setelah wafatnya Nabi Muhammad adalah perkara keabsahan pengganti
Nabi atau khalifah, beliau juga sebagai kepala negara. Sebab, kecuali sebagai
kepala agama juga kepala pemerintahan. Setelah khalifah Utsman ibnu Affan, isu
pengganti kepala negara atau khalifah ini semakin mengemuka. Puncaknya,
bentrokan antara pendukung Khalifah Ali ibnu Abi Thalib yang juga sepupu dan
menantu Nabi yang terbunuh dan Mu'awiyah sebagai kerabat khalifah sekaligus
sebagai Gubernur Damaskus waktu itu. Sebagian umat Islam telah berani
membuat analisis tentang pembunuhan Utsman tersebut, apakah si pembunuhnya
berdosa ataukah tidak, bahkan tidak sampai di situ saja, hal ini dianalisis siapa
yang menggerakkan tangan si pembunuh itu, apakah manusia sendiri ataukah dari
Tuhan. Diduga inilah yang mungkin menjadi cikal bakal tumbuhnya paham
Jabariyah dan Qadariyah.

Perselisihan umat Islam tersebut di atas terus berlanjut hingga mencapai
puncaknya pada peristiwa arbitase, yaitu upaya penyelesaian perselisihan Ali ibn  Abi Thalib dengan Muawiyah ibn Abi Sufyan pada perang Shiffin. Dalam perang
Shiffin terjadi perdamaian atau tahkim antara Ali dan Mu'awiyah. Akan tetapi
perdamaian tersebut tidak dapat diterima oleh sebagian pengikut Ali ibn Abi
Thalib. Pelopornya adalah Abdullah ibn Wahab al-Rasybi yang dalam
perkembangan selanjutnya mereka itu disebut Khawarij, juga terkenal dengan
kelompok Haruri. Dalam hal ini kelompok Khawarij berfatwa orang yang terlibat
dengan tahkim, baik menyetujui dan apalagi melaksanakannya dinyatakan berdosa
besar dan setiap yang berdosa besar meninggal dunia tanpa taubat, maka ia adalah
kafir. Salah satu alasan mereka karena tidak atau ingkar menjalankan
kewajibannya sebagai seorang muslim.

Penentuan seorang kafir atau tidak kafir bukan lagi soal politik, tetapi
soal teologi. Kafir adalah orang yang tidak percaya, lawannya mukmin artinya
orang yang percaya. Kedua istilah ini dalam al-Qur'an biasanya berlawanan. Kata
kafir yang ditujukan pada golongan di luar Islam, oleh Khawarij dipergunakan
dengan makna yang berbeda, yaitu untuk golongan yang berada dalam islam
sendiri.

Dengan demikian kata kafir telah berubah dalam arti.
Sebagaimana golongan Khawarij di atas, kaum Murji'ah pada mulanya
juga ditimbulkan oleh persoalan politik yang muncul disekitar persoalan kholifah
yang membawa persoalan atau perpecahan di kalangan umat Islam setelah
wafatnya Utsman. Seperti dilihat, kaum Khawarij pada mulanya adalah
penyokong Ali, tetapi kemudian berbalik menjadi musuhnya. Karena adanya
perlawanan ini, penyokong-penyokong yang tetap setia padanya bertambah keras
dan kuat membelanya dan akhirnya mereka merupakan satu golongan Islam yang
dikenal dengan nama Syi'ah.

Sungguhpun merupakan dua golongan yang bermusuhan, sama-sama
menentang Bani Umayyah, tetapi dengan motif yang berlainan. Seperti yang
dikutip oleh Adeng dalam bukunya "Perkembangan Ilmu Kalam Klasik Hingga Modern", mengatakan bahwa Murji'ah muncul sebagai reaksi terhadap teori-teori
yang bertentangan dengan Syiah dan Khawarij, di mana kelompok Syiah dan
Khawarij ini sama--sama menentang rezim Bani Umayyah, tetapi dari sudut
pandang yang berbeda.

Penentangan Khawarij, karena mereka dianggap menyeleweng dari
ajaran Islam, sedangkan penentangan Syi'ah karena mereka dianggap telah
merampas kekuasaan dari pihak Ali dan keturunannya.
Dalam suasana yang masing-masing mempunyai corak pemikiran tersendiri, maka Khawarij mengikuti
paham demokrasi artinya dalam pemilihan khalifah dipilih oleh raknyat, sedang
Syi'ah mengikuti faham teokrasi artinya masih dipengaruhi oleh agama, di atas
pemimpin masih ada yang memimpinya yaitu seorang tokoh spiritual. Demikian
pula halnya dengan faham Murji'ah ini, suatu golongan politik yang bebas artinya
dalam politik tidak ada aturan main yang mengharuskan untuk berbuat, yang
mempunyai pendapat tentang perselisihan yang timbul di antara umat Islam.
Murji'ah lahir pada permulaan abad pertama hijriah tatkala pemerintahan Islam
pindah ke Damaskus.

Berkata Ibnu Asakir dalam menjelaskan pendapat mereka (golongan
yang kemudian hari akan menjadi aliran Murji'ah): mereka itu adalah golongan
yang ragu, semula mereka berada di daerah peperangan, setelah mereka kembali
ke Madinah dan Utsman telah terbunuh mereka tidak bertentangan dengan
golongan lain, kata mereka. Kami tinggalkan kamu sekalian dalam persatuan dan
tak ada pertentangan, setelah kami datang kepadamu ternyata kamu berselisih,
sebagian kamu ada yang mengatakan bahwa terbunuhnya Utsman tidak
mempunyai alasan sama sekali sebab Utsman dan sahabat-sahabatnya lebih pantas
untuk berlaku adil. Sebagian kamu ada yang mengatakan: Ali bersama sahabatsahabatnya lebih berhak terhadap kholifah. Mereka itu semua dapat dipercayai
dan menurut kami mereka itu adalah benar, kami tidak melepaskan diri dari kedua
imam ini, dan tidak pula kami mengutuk salah seorang di antara mereka Khawarij dan Syi'ah), kami tidak mengetahui keburukan-keburukan mereka, dan
persoalan kedua imam beserta para pengikutnya kami tangguhkan kepada Allah
yang akan memberikan ketentuan hukum.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa golongan Murji'ah ini adalah
golongan politik yang tidak mau mengotori tangan mereka dengan fitnah, tidak
mau ikut campur atau terlibat dan tidak mau mengalirkan darah golongan lain,
bahkan mereka tidak mau menentukan kesalahan atau kebenaran dari salah satu
golongan yang berselisih. Sebab yang langsung dari timbulnya golongan ini ialah
adanya perbedaan pendapat antara umat Islam yang kemudian menjadi
perselisihan pendapat yang berakhir pada pertentangan, sedang sebab yang tidak
langsung ialah soal kholifah, kalau tak ada kholifah tentunya tidak ada kaum
Khawarij dan tak ada kaum Syiah, dengan demikian tidak ada pula Murji'ah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun