Mohon tunggu...
Bagus bayu
Bagus bayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara (UNISNU JEPARA)

Saya seorang mahasiswa di Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara prodi Manajemen, NIM 231110003719. Saya menulis artikel ini bertujuan untuk memenuhi Tugas Besar Akhir Semester pada Mata Kuliah Kewarganegaraan yang diampuh oleh Bapak Dr. Wahidullah, S.H.I., M.H.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aktualisasi Membangun Persatuan dan Toleransi dalam Dinamika Pagelaran Piala Dunia U-17 di Indonesia

26 November 2023   19:00 Diperbarui: 3 Desember 2023   14:57 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Indonesia saat ini sedang menjadi tuan rumah dari salah satu pagelaran dunia sepak bola terbesar di dunia. Di mana dalam pagelaran ini melibatkan banyak warga negara asing yang kemudian datang ke Indonesia untuk berpartisipasi dalam pagelaran kelas dunia tersebut. Fenomena piala dunia U-17 yang bertuan rumah di Indonesia tentu memberikan konsekuensi dan dampak yang cukup kompleks dari berbagai aspek dan sektor. Karena melalui adanya fenomena ini tentu tidak menutup kemungkinan adanya tantangan-tantangan baru yang harus dihadapi bangsa Indonesia sebagai tuan rumah. Terlebih apabila kita menelisik kembali, Indonesia merupakan negara yang dikenal akan keramahan dan budaya santunnya. Hal ini tentu menjadi poin unggul bagi bangsa Indonesia di kancah dunia. Namun, bersama dengan hal tersebut tentu menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat senantiasa menjunjung nilai-nilai toleransi sebagai budaya yang telah melekat dalam jiwa setiap warga negara Indonesia, termasuk di kancah pagelaran tingkat dunia ini.

Apabila kita menelisik kembali, Indonesia merupakan negara berbudaya serta berjiwa Pancasila yang berperan sebagai landasan dan filosofi hidup yang menjiwai bangsa Indonesia. Maka dari itu, bangsa Indonesia haruslah mampu menunjukkan dan senantiasa menjunjung nilai-nilai luhur yang termuat dalam setiap sila yang terkandung di dalam Pancasila.  Nilai-nilai luhur tersebut haruslah diimplementasikan dan dicerminkan melalui tindakan dalam dinamika kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali dalam dinamika fenomena pagelaran sepak bola pada tingkat piala dunia U-17 ini. Terlebih dalam fenomena ini melibatkan banyak insan, tidak hanya warga negara Indonesia dan masyarakat Indonesia saja namun juga banyak partisipan dari negara lain. Sehingga hal ini dapat dikatan sebagai sebuah momentum untuk menguji sekaligus mengukuhkan bahwasanya bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berpancasilais dengan merefleksikan nilai-nilai luhur Pancasila terutama persatuan dan toleransi dalam dinamika kehidupan sehari-hari. Momentum ini seharusnya menjadi sebuah ajang pembuktian bahwasanya Indonesia ialah negara yang berbudaya, santun, serta senantiasa menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam setiap bidang kehidupan.

Toleransi menjadi hal yang urgent atau penting, karena toleransi merupakan slah satu nilai-nilai luhur yang tertuang dalam sila Pancasila. Terlebih terhadap sila ke-2 di mana sila ke-2 ini menekankan kepada sikap untuk senantiasa berkeadilan dan beradab. Perwjudan sikap adil dan beradab dapat tercermin melalui toleransi yang terbangun antar masyarakat di Indonesia, untuk itulah mengapa toleransi menjadi sebuah indikator yang cukup krusial serta penting dalam rangka mewujudkan persatuan. Terutama apabila kita mengaitkan sikap toleransi terhadap fenomena pagelaran sepak bola, di mana akan berhadapan dengan suporter yang memiliki perbedaan pandangan terkait tim yang di dukung. Maka dari itu, toleransi haruslah senantiasa dibangun dengan kuat sebagai landasan dalam mewujudkan persatuan agar setiap elemen masyarakat tidak mudah tersulut terhadap pertikaian-pertikaian sepele yang dapat berdampak besar nantinya.

Terlebih perlu kita ingat bersama, bahwasanya Indonesia baru-baru ini sedang berduka terkait pagelaran sepak bola yang terjadi di Indonesia yang cukup menarik perhatian di mata dunia. Di mana adanya peristiwa nahas yang terjadi di Stadion Kanjuruhan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang terjadi lantaran kurangnya rasa toleransi antar suporter serta kurangnya rasa kemanusiaan yang ditunjukkan oleh aparat penjaga jalannya pertandingan sehingga mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang jatuh akibat suasana ricuh yang dipicu oleh adanya penembakan gas air mata oleh aparat yang sebetulnya hal ini bertolak belakang dengan ketentuan dan regulasi yang berlaku. Maka dari itu dengan adanya pagelaran besar sepak bola di Indonesia terlebih pada tingkat dunia, bangsa Indonesia harus mampu bangkit dari keterpurukan tersebut dan haruslah sama-sama meningkatkan kesadaran dan aware terhadap toleransi serta persatuan.

Terutama di era digitalisasi seperti saat ini, di mana kericuhan antar suporter sepak bola serta kericuhan yang melibatkan masyarakat Indonesia tidak hanya terjadi di lapangan saja. Namun kericuhan tersebut justru marak terjadi melalui media massa secara online yang mana hal ini sebetulnya memiliki dampak yang buruk serta besar bagi persatuan bangsa Indonesia. Terlebih apabila kita telisik kembali, di era sekarang sangat banyak pertikaian dunia maya melalui sosial media yang berujung pada tindakan penganiayaan. Pertikaian di dunia maya ini biasanya dimulai dari saling ejek hingga saling mencemooh terkait ajang sepak bola yang digelar. Maka dari itu sebagai Indonesia sebagai bangsa yang berkarakter Pancasila dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan seharusnya tidak menormalisasi adanya hate speech yang dilatarbelakangi karena permasalahan sepak bola. Karena hal ini sangatlah bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan tidak sesuai dengan karakteristik budaya bangsa Indonesia yang bemoralitas Pancasila dan berbudi luhur.

Maka dari itu, persatuan Indonesia yang termuat dalam sila ke-3 dalam Pancasila merupakan harga mati yang harus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia. Persatuan Indonesia dapat diaktualisasikan melalui perilaku yang bijak. Artinya masyarakat Indonesia sebagai tuan rumah dalam pagelaran bergengsi sekelas piala dunia U-17 haruslah bijak dalam beberapa aspek. Misalnya, masyarakat Indonesia harus bijak dalam bertindak untuk menjaga nama baik bangsa Indonesia dengan cara mengahrgai tim yang memenangkan pertandingan meskipun tim tersebut bukanlah tim Garuda atau bukanlah tim yang didukungnya. Dengan menjunjung tinggi kebijaksanaan dalam setiap dinamika kehidupan tentu akan memberikan dampak yang signifikan pula terhadap status Indonesia sebagai tuan rumah.

Tidak hanya itu, sikap kebijaksanaan dalam rangka mewujudkan persatuan dan toleransi dapat ditempuh dengan cara tidak memaksakan kehendaknya kepada orang lain, dalam hal ini ialah seorang individu tidak boleh memaksa orang lain untuk turut mendukung tim sepak bola yang sama sesuai kehendaknya. Terlebih Indonesia merupakan dengan yang menganut sistem Demokrasi Pancasila di mana setiap masyarakat berhak untuk menyuarakan pendapat dan pilihannya dengan tata cara yang baik dan selaras dengan Pancasila. Kemudian dalam rangka mewujudkan persatuan dan toleransi melalui ajang piala dunia U-17 masyarakat Indonesia juga harus sadar dan aware terhadap tindakan-tindakan yang tidak selaras dengan hukum, Pancasila, dan tindakan yang dapat berdampak kepada ancaman terhadap persatuan. Salah satunya ialah maraknya fenomena judi bola yang harus dihentikan eksistensinya, karena fenomena judi bola sebetulnya merupakan sebuah tindakan yang tidak selaras dengan Pancasila serta melanggar hukum yang berlaku di Indonesia. Namun sayangnya fenomena ini hingga saat ini masih kerap ditemui dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Terlebih saat ini, karena sedang ada pagelaran piala dunia U-17 di Indonesia. Maka dari itu aktualisasi tindakan untuk membangun persatuan dan toleransi dalam dinamika pagelaran piala dunia U-17 haruslah dilakukan secara kompleks dan menyeluruh oleh  berbagai lapisan masyarakat Indonesia, agar setiap elemen masyarakat Indonesia dapat turut berpartisipasi dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang mampu bersatu dan bertoleransi terlebih dalam pagelaran bergengsi sekelas piala dunia U-17 seperti saat ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun