Semalam kau memperdebatkan kapan tepatnya pertemuan kita? Aku tak bisa menjawabnya, sms-mu bahkan tak mampu kubaca, semua menyesakkan. Aku sudah menghitung dengan cermat, kapan kita bertemu dan kapan semua berakhir. Dan aku tak bisa menjawab.
Aku sedang mencoba keras, memisahkan saat indah dan saat biru bersamamu. Melupakan yang biru dan mengenang segala keindahanmu. Nihil hasilnya! Indah dan biru itu jadi satu, bergantian menguasaiku dan memupus keinginanku untuk melupakanmu meskipun sejenak. Aku tidak cukup tegar, meskipun dihadapanmu sedapat mungkin aku menguasai diri dan terlihat tegar. Karena aku tak ingin memberati langkahmu.
Kucoba mencerna sms-mu kata per kata, apakah aku salah menafsirkannya? Namuns seperti biasa, kau menyudutkanku dan menyalahkan selesainya hubungan kita. Dan seperti biasa, aku minta maaf dan mengatakan aku memang tak pantas untukmu. Namun kau selalu menyisakan harap yang sama dengan mengatakan," Aku belum bisa lepas darimu." Jujur, aku tak ingin lagi jadi kambing hitam, sudah kusodorkan maaf padamu dan sudah kukutuki diriku sedemikian rupa karena kegagalan hubungan kita. Aku tak mau menyalahkan dan mengerdilkan diriku lagi. Sudah cukup! Semua sudah cukup! Kegagalan kita bukanlah karena satu sisi tak menghendaki, tapi karena masing-masing tak bisa menjaganya. Jadi, kaupun mempunyai andil di dalamnya.
Aku memang tak pantas buatmu, tapi aku masih berharga bagi yang lain....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H