Nah, telepon genggam pintar si Robert itu sudah retak dibagian mukanya. Tepatnya di layar. Retakannya lebar, jika dipersentase sekitar 50 persen dari luas layar telepon genggamnya. Kira-kira. Kalau tidak percaya silakan lihat dan hitung sendiri. Robert ada setiap hari untuk belajar di SMA 345 Jakarta.
Saya sempat menanyakan, apa sebab hingga telepon genggam pintarnya itu bisa retak. Katanya, itu tertimpa bola basket. Saat itu, telepon genggam pintarnya itu ditaruh dipinggir lapangan.Â
Bola basket yang dilempar dia sendiri dengan tujuan ke ring, ternyata meleset dan mendarat di lokasi persis tumpukan baju sekolah. Di tumpukan baju itu, ada telepon genggam pintar milik Robert. Itu yang membuat retakan.
Saya tanya lagi, kalimat apa yang keluar ketika Robert tahu telepon genggam pintarnya rusak. "Tuhan Yesus" jawab Robert.
Tuhan memang ada di mana-mana. Setidaknya itu yang sempat saya dapatkan dulu waktu saya belajar mata pelajaran Agama Islam di SD hingga kuliah.Â
Saya bukan agamawan, ibadah saya pun tidak terlalu baik. Bahkan terkesan 'nyeleneh', itu kata beberapa rekan saya.Â
Tapi saya senang, telepon genggam pintar merubah segalanya. Keinstanan dan kepraktisan. Termasuk soal mengingat Tuhan.
Orang jadi instan dan praktis mengingat Tuhan dengan caranya sendiri-sendiri.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H