Mohon tunggu...
Bagus anak wage
Bagus anak wage Mohon Tunggu... -

saya bagus anak wage

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Tua adalah "Pencuri" Salam Tempel

31 Agustus 2011   17:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:19 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semangat Lebaran. Mungkin itu yang sedang dirasakan seluruh warga negara Indonesia saat ini (31/8/2011). Walaupun sudah ada yang melaksanakan Lebaran sehari sebelumnya, tapi tetap saja semangat lebaran baru terasa hari ini, Rabu (31/8/2011).

Kenapa hal itu terjadi - perbedaan lebaran - tentu tak usah diceritakan lagi karena hal itu sudah menjadi wajar pascalengsernya rezim Soeharto. Bahkan sampai ada yang sangat kecewa dengan penetapan Lebaran ini. Dengan mengeluarkan lelucon atau bahkan yang paling parah adalah hardikan buat "acara" penetapan 1 syawal tahun ini yang disebut-sebut berbau politis. Yang penting, semangat Lebaran itu-lah yang tak padam.

Bicara semangat lebaran pastinya tak akan jauh dari perasaan sedih, tawa, bahagia, sendu, khidmat dan perasaan yang sejenisnya (terserah persepsi dan penafsiran masing-masing). Yang sedikit mencuri perhatian saya adalah bagaimana perasaan seorang anak yang mendapatkan "salam tempel" dari keluarga dan kerabat mereka, tapi uangnya malah "dicuri" kedua orang tuanya? Padahal buat mereka Semangat Lebaran ya salam tempel itu.

Banyak anak yang sudah paham dengan nominal uang - apalagi uang "gratisan" dari hasil salam tempel tadi. Dengan uang itu, mereka (anak, red) bisa melakukan apa saja, tapi pertanyaannya kan buat apa (mengingat saat ini masih libur lebaran)? Toh, Toko kebanyakan tutup, paling mall-mall besar yang buka. Untuk hiburan juga rasanya tidak mungkin bocah yang bahkan belum berseragam biru-putih "kucluk-kucluk" ke sana sendirian.

Kalau begitu, rengekan-lah yang sering terlihat saat eksekusi pemberian uang tadi. Si bocah yang dengan bahagianya menerima sejumlah uang pasti akan berteriak seketika, "beli ini-beli itu, pergi ke sini-pergi ke situ," baik yang berbentuk makanan atau mainan. Jawaban sang orang tua palingan, "besok saja, warungnya masih tutup," dan orang tua pun sibuk mencari pengganti rengekan si bocah dengan menyodorkan makanan yang sudah mereka persiapkan jauh sebelum Lebaran tiba, atau penawaran makanan kesukanaanya yang sudah distok sejak Ramadhan tiba.

Soal hiburan juga, si bocah biasanya juga minta yang aneh-aneh (untuk masa Lebaran ini, yang harusnya bagi orang tua mereka dihabiskan untuk bersilaturahmi dengan kerabat dan keluarga, bukan untuk jalan-jalan). Odong-odong-lah, bom-bom-car-lah, atau minta diajak ke tempat rekreasi khas setempat, semisal (di Jakarta) Ancol atau Kebun Binatang Ragunan. Yang paling pening, ya orang tuanya. Harus pintar-pintar "membohongi" si Bocah yang merengek tadi.

Tapi namanya orang tua, tentu lebih pintar dan cermat ketimbang dengan anaknya. Biasanya jalan keluarnya adalah barter atau negosiasi tadi atau yang ekstrim malah ancaman. Tak segan-segan si orang tua mengancam si anak di depan umu pula (saya maksudnya). "Nanti ada orang gila, sudah uangnya sini," atau "di sana ada badut, ih serem, siniin uangnya," atau "awas ada pak polisi, nanti uangnya diambil lho, biar mama yang pegang," atau ancaman-ancaman lain yang di luar nalar orang dewasa namun sangat menakutkan buat anak-anak.

Dengan negosiasi? Walau alot, pasti si orang tua yang menang dan ini bukan-lah win-win-solution seperti negosiasi khas orang dewasa tapi disini (saya melihat:asumsi seorang yang belum berkeluarga) malah terjadi penipuan atau iming-iming. Kalau begitu, si bocah pasrah. Harapan dan permintaannya tak terkabul dan uangnya? Masuk ke kas rumah tangga kedua orang tuanya atau "diamankan" paksa oleh ibunya.

Penampakan seperti itu mudah saya temui saat Lebaran ini. Tentunya di sekitaran keluarga dan kerabat saya dan hampir semua keluarga dan kerabat yang saya datangi seperti itu.

Kasihan anak-anak itu, dibohongi si orang tua. Dan selamat buat orang tua, kalian berhasil "mencuri" "penghasilan" anaknya sendiri. Hahahaha.

Kalau begitu, apa yang dirasakan si anak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun