Di tengah keberagaman praktik keagamaan di Indonesia, terdapat fenomena yang menarik perhatian, yaitu bisnis yang berkedok agama. Fenomena ini sering kali melibatkan praktik-praktik seperti penjualan air yang didoakan dan makam wali palsu. Praktik-praktik semacam ini menimbulkan kontroversi dan kritik dari berbagai kalangan masyarakat.
1.AIR DOA
Penjualan air yang didoakan adalah salah satu contoh bisnis berkedok agama yang semakin marak. Air ini dipercaya memiliki khasiat penyembuhan atau berkah khusus setelah didoakan oleh seorang tokoh agama. Sayangnya, tak jarang harga yang ditawarkan jauh melebihi nilai sebenarnya, dan konsumen yang membeli sering kali berasal dari kalangan yang membutuhkan pertolongan spiritual. Meski ada yang percaya, praktik ini dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya keikhlasan dan ketulusan dalam beribadah.
2.MAKAN WALI PALSU
Praktik lain yang juga sering ditemui adalah makam wali palsu. Beberapa tempat ziarah memanfaatkan nama besar wali atau tokoh agama untuk menarik pengunjung. Dengan membayar sejumlah uang, pengunjung dapat berziarah ke makam yang disebut-sebut sebagai tempat peristirahatan seorang wali. Namun, setelah ditelusuri, banyak di antara makam tersebut yang ternyata tidak asli atau bahkan tidak memiliki hubungan historis dengan wali yang dimaksud. Praktik ini tidak hanya menipu pengunjung, tetapi juga merusak makna sejati dari ziarah dan penghormatan kepada wali.
Ayo kita sebagai generasi muda harus berfikir rasional seperti yang di katakan Tan Malaka yaitu, bangsa Indonesia tidak akan maju jika rakyatnya masih percaya hal hal mistis.
Bisnis berkedok agama seperti penjualan air doa dan makam wali palsu merupakan fenomena yang menimbulkan banyak kontroversi. Masyarakat perlu lebih kritis dan berhati-hati dalam menghadapi praktik semacam ini. Penting untuk memastikan bahwa kegiatan keagamaan yang dilakukan benar-benar didasarkan pada niat yang tulus dan sesuai dengan ajaran agama, bukan semata-mata untuk keuntungan materi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H