Mohon tunggu...
Bagus Yoyok
Bagus Yoyok Mohon Tunggu... -

kita akan menjadi diri kita yang sebenarnya ketika nama kita terpatri di nisan kuburan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Aku Sekolah

23 Februari 2012   13:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:16 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika Saya masuk sekolah mulai dari SD sampai dengan SMA saya merasa belajar teori trus yang membuat saya pusing. Saya dituntut untuk sekolah sampai ke negeri Cina kalo peribahasa jaman dulu. Tapi saya baru merasakan enaknya belajar adalah ketika Kuliah karena Saya ketika kuliah masalah belajar kurang begitu diunggulkan dari pada sikap sehingga Saya bisa belajar hal-hal yang Saya suka. Kenapa dulu saya susah dan malas-malasan untuk sekolah. Setelah Saya pikir saya memang kurang suka pelajaranya. Kemasannya terlalu sulit untuk dicerna. Saya sekolah tapi kenapa saya dulu bahkan tidak tahu keahlian saya karena terlalu mamikirkan untuk mendapat nilai yang baik dan tidak bisa berkreatifitas. Apa sih tujuan sekolah sebenarnya? Kenapa kita tidak belajar hal-hal yang hanya kita sukai? Mungkin untuk dasar boleh lah kita belajar semua yang mungkin kita butuhkan. Tetapi ketika sudah mulai beranjak remaja dan sudah mulai bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah kita dibiarkan memilih pelajaran yang kita suka. Bukankah sekolah ditujukan untuk membuat seseorang lebih mandiri? Sehingga bisa membawa raga mereka sesuai dengan kemampuan mereka. Silahkan dinilai kemandirian kita untuk terjun di masyarakat tetapi jangan penilaian pintar atau bodoh yang dijadikan titik beratnya.

Karena hanya mengajarkan bagaimana belajar yang baik, ujian tidak boleh nyentek, dan yang dapat nilai jelek ditetapkan sebagai orang goblok secara sepihak tanpa ada solusi. Anak-anak yang kurang dalam urusan berpikir dia akan terperosok dengan konsep tersebut dan akan terintimidasi dengan anak yang pintar. Tidak pernah dijelaskan nilai itu hanya diatas kertas tidak penting yang penting kalian mandiri oleh karena itu kejujuran, kreatifitas, keikhlasan dalam berbuat lebih dari sekedar nilai.

Nb:

1.Saya hanya berpikir untuk mendapat nilai bagus dan tidak berpikir untuk menciptakan atau memikirkan hal-hal baru atau pun hidup mandiri di masyarakat.

2.Ketika saya sekolah saya tidak tahu dibagian mana sebenarnya kelebihan saya. Otak kurang berkembang untuk berpikir meningkatkan keahlian. Hanya berpikir menguasai pelajaran yang diberikan.

3.Guru tidak pernah memberikan metode pembelajaran dengan aplikasinya dilapangan jika kita menguasai pelajaran tersebut. Sehingga saya lebih tertarik untuk belajar bagaimana menendang bola karena itu bisa membuaat saya gembira dari pada rumus matematika kelas 7 atau 8 SMP yang sulit dan tidak tahu mau diaplikasikan untuk apa jika menguasainya.

4.Guru menyamaratakan sikap terhadap murid sehingga yang kurang akan tertinggal.

5.Orang tua hanya tau pendidikan itu disekolah. Tidak pernah mengajarkan untuk apa kegunaan sekolah tersebut nantinya. Hanya dituntut nilai yang bagus dan menguasai pelajaran tersebut. Dengan belajar ekonomi tentang kurs jual beli sewaktu SMP untuk apa saya tidak mungkin melakukan pekerjaan jual beli. Itu yang untuk tidak pernah dijelaskan.

6.DAN UJIAN NASIONAL itu hanya membuat tekanan saja. Harusnya yang menguji kelulusan adalah guru kelas karena yang mengamati setiap hari adalah beliau. Asal beliau benar-benar obyektif maka murid lulus dengan kemampuan mereka yang sebenarnya.

Lagi-lagi saya hanya bisa berpendapat secara awam tolong yang mempunyai kemampuan dibidang ini menjawab semua impian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun