Mohon tunggu...
Bagus Prasetya
Bagus Prasetya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pro Kontra Fenomena Mukbang di Indonesia

19 Juni 2023   01:15 Diperbarui: 19 Juni 2023   02:04 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring berkembangnya waktu dan semakin pesatnya perkembangan globalisasi di Indonesia,  semakin bertambah juga budaya-budaya yang masuk ke Indonesia. Budaya yang masuk ini juga disukai dan digemari oleh banyak masyarakat, atau dikenal sebagai Budaya Populer.  Secara singkat budaya populer ialah sebuah budaya yang memenuhi ekspektasi banyak orang. Definisi budaya populer ini sering didukung oleh klaim bahwa budaya populer adalah sebuah budaya komersial yang diproduksi secara massal. Kebudayaan berkembang dari kreativitas banyak orang.

Salah satu contoh budaya populer di Indonesia adalah Mukbang. Budaya Mukbang mulai dikenal di Indonesia pada tahun 2016 dipopulerkan oleh Han Yoo Ra, ia adalah seorang warga negara Korea yang tinggal di Indonesia. Mukbang berasal dari bahasa Korea yang berarti muk-ja yang berarti makan dan bang yang berarti song atau siaran, masyarakat Korea sering kali melakukan kegiatan mukbang ini, mereka melakukannya dengan cara menikmati sebuah makanan di depan kamera serta memunculkan efek suara, yang dapat menggoda para penonton nya. Dengan konten mukbang, konten kreator biasanya membuat siaran audio visual online sambil mengonsumsi makanan dalam jumlah yang bervariasi. Mukbang biasanya direkam sebelumnya atau disiarkan langsung di platform streaming. Mukbang juga bisa dilakukan melalui live streaming. Selama makan, moderator mengobrol dengan penonton, menciptakan komunikasi dua arah.

Di masa sekarang, hampir semua sosial media memiliki fitur live streaming, beberapa sosial media memiliki syarat jumlah followers untuk bisa melakukan live streaming tersebut, contohnya TikTok. Di TikTok sudah sangat banyak masyarakat yang melakukan kegiatan mukbang di live streaming nya, mereka melakukan hal tersebut tidak semata-mata seperti tujuan awal dari mukbang yaitu untuk menggoda penonton, namun untuk mencari pundi-pundi rupiah. Di TikTok penonton dapat memberikan gift untuk kreator yang sedang melakukan live streaming, gift tersebut yang nantinya bisa ditukarkan menjadi uang lewat rekening bank yang mereka miliki. Di Indonesia sendiri terkhusus di platform TikTok sudah banyak streamer mukbang, beberapa diantaranya @sibungbung, @tanboykun_asli, @bellakukutanesia.

Dengan adanya budaya populer mukbang telah menciptakan lapangan kerja baru untuk para konten kreator serta konten mukbang masih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini terbukti dari likes dan viewers konten mukbang yang banyak. Selain itu konten mukbang dapat juga sebagai wadah para konten kreator mengenalkan budaya Indonesia melalui makanan, tidak jarang konten kreator dari luar Indonesia juga ingin melakukan kegiatan mukbang dengan makanan khas Indonesia, contohnya warga negara Belanda dengan akun Tiktok @tiphaine_pln yang sering membuat konten mukbang dengan makanan khas Indonesia.

Namun ada juga konten kreator mukbang yang membuat kontennya yang bisa dibilang tidak wajar salah satunya @anggun_supriadi91. Konten kreator ini sering kali membuat konten mukbang dengan memakan cabai yang banyak. Dalam live streamingnya, ia pernah memakan cabai hingga 1kg. Menurut halodoc.com mengonsumsi cabai dalam jumlah yang berlebihan dapat memberikan pengaruh buruk bagi tubuh, seperti nyeri perut, maag akut, refluks asam, mengurangi sensitifitas lidah.

Di era perkembangan teknologi yang sangat pesat ini informasi jadi sangat mudah didapatkan. Maka dari itu lah masyarakat dihimbau untuk dapat lebih pintar dalam memilih dan memilah informasi yang ada. Seperti dari fenomena mukbang di atas, terlepas dari pro kontra yang ada, sebagai konten kreator juga lebih bijak dalam membuat kontennya. Karena hal tersebut juga bisa berdampak bagi para viewers nya karena viewers bisa menirukan apa yang mereka tonton. Konten diharapkan yang bisa mendidik dan membuat hal positif sehingga hal tersebutlah yang bisa diberikan contoh kepada para viewersnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun