Prof Dr Rose Mini Agoes Salim berpendapat bahwa sistem ranking tidak terlalu diperlukan untuk menjadi indikator dari hasil belajar siswa. Menurutnya pendidikan itu bertujuan sebagai bentuk memahamkan anak dengan mencapai kompetensi tertentu, dengan itu pihak sekolah lebih baik bisa memastikan anak didiknya mencapai kompetensi yang diharapkan bukan fokus kepada mengurutkan kecerdasan siswanya.
Anak yang mendapatkan nomor ranking yang berada dibawah, menurutnya Prof Rose dapat berpeluang kehilangan kepercayaan diri, padahal mendapatkan nilai jelek pada ujian akhir bisa saja dikarenakan siswa  sedang sakit dalam mengerjakan.
Menurutnya juga penilaian pada siswa bukan hanya pada hasil akhir ujian saja, namun proses pembelajaran siswa yang menyeluruh juga penting untuk dinilai. Guru dalam hal ini dapat memantau progres siswa dalam peningkatan belajarnya.
Disisi lain, menurut Novi Poespita Candra yakni psikolog dari Universitas Gadjah Mada. Menurutnya sistem ranking sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan di sekolah sekolah. Ia mengatakan dengan adanya kecerdasan buatan menjadikan manusia dibutuhkan kecerdasan yang unik dari manusia itu sendiri. Maka kecerdasan yang unik itu tidak dapat dikemabangkan dengan penerapan sistem ranking pada lembaga pendidikan.
Menurut novi juga setiap anak memiliki keunikan masing masing termasuk jenis kecerdasannya, kecerdasan bukan hanya dilihat dari segi akademisnya saja, namun masih banyak jenis kecerdasan yang lain yang mungkin terdapat pada anak didik kita.
Pada sudut pandang psikologis, hal ini dapat dapat memunculkan potensi negative jika sistem ranking tetap diterapkan.Â
Anak anak yang berada di ranking bawah berpotensi menjadi tidak percaya diri, sedangkan anak yang berposisi di ranking atas berpotensi memiliki perilaku tidak mau belajar dan takut menghadapi kegagalan dikarenaka anak itu dibebani ekspektasi tinggi dari masyarakat sehingga mereka menjadi takut gagal, sedangkan untuk belajar anak harus mampu menghadapi sebuah kegagalan.
Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan harusnya memberikan berbagai ruang akademik. Dengan itu siswa dapat menerima ekosistem yang nyaman bagi siswa untuk belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H