Menikmati semangkok soto dikala siang adalah sebuah kenikmatan yang tidak bisa diutarakan lewat kata-kata. Apalagi dipadukan dengan sambal, kecap, gorengan lalu ditutup dengan semangkok es campur. Rasanya sangat nikmat, terasa hilang semua penat, dahaga, lelah. Sungguh kenikmatan sesaat yang patut disyukuri. Meski setelahnya kembali menjadi kuli lagi.Â
Rasa kagum saya terhadap soto memang cukup tinggi. Apalagi soto daging sapi. Menu yang menjadi favorit saya dikala siang hari untuk mengisi energi karena lelahnya nguli sejak pagi hari.Â
Menurut saya soto adalah menu makanan yang merakyat. Tidak jarang warung soto yang sangat sederhana menjadi jujugan para pejabat. Saya merasa tidak salah selera. Walaupun menikmati soto tidak membuat saya menjadi pejabat juga, setidaknya saya tahu saja kalau makanan kegemaran saya ini banyak disukai kalangan atas.Â
Tidak jarang juga saya berpindah-pindah tempat makan demi mencicipi soto yang dijajakan. Setidaknya harga satu porsi soto masih terjangkau buat saya.Â
Beberapa hari lalu saya menikmati sajian soto sapi yang lumayan unik dan terjangkau. Kalau umumnya soto disajikan di atas mangkok keramik, soto yang saya nikmati di warung Soto Bumbong Manding disajikan dalam irisan batang bambu. Bumbong atau bumbung sendiri berarti irisan batang bambu.Â
Warung Soto Bumbong berada di pinggir jalan raya, tepatnya di Jalan Tentara Pelajar, Sabdodadi, Bantul, Yogyakarta. Warungnya pun cukup sederhana. Kalau menurut saya konsepnya cukup unik. Karena berada di lokasi yang terbuka di tengah area persawahan. Bisa dibayangkan sensasi ketika makan sotonya langsung menghadap alam terbuka yang sejuk nan asri. Sungguh kenikmatan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.Â
Harga satu porsi soto juga terjangkau, hanya Rp5000 saja. Untuk menambah kenikmatan makan, warung ini juga menyediakan beragam gorengan, sate usus, sampai telur puyuh yang bisa dipesan.Â
Tidak kalah uniknya adalah konsep es campur prasmanan. Pembeli yang ingin es campur bisa meracik sendiri es campur mereka. Boleh mengambil toping sesukanya dengan porsi yang juga sebebasnya. Meskipun bebas, harganya es campurnya juga tidak mahal. Hanya sekitar Rp7000 saja.Â
Untuk harga detailnya sendiri saya kurang paham. Pastinya waktu saya menyantap soto dengan lahap bersama istri saya disana, hanya uang Rp22000 yang keluar dari kantong. Harga yang murah menurut saya.
Murah memang, karena satu porsi soto yang kita dapat juga tidak banyak-banyak amat. Secukupnya. Saya kira warung ini mengikuti anjuran Rasululloh Muhammad SAW, yang meminta kita berhenti makan sebelum kenyang. Karena terlalu kenyang tidak baik buat kesehatan. Meskipun tidak banyak, porsinya cukup untuk mengganjal perut. Kalaupun kurang tinggal nambah lagi, karena harganya murah dan rasanya juga nikmat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H