Kulon Progo - Pesona keindahan batik abstrak bukan hanya mendorong Ngibadenur menjadi pengagumnya. Tapi juga mendorongnya ikut memproduksi batik abstrak yang akrab dengan motif ngawur, gemblung, awut-awutan dan ora urus.
Menurut Ngibad, bagaimanapun ngawurnya, batik abstrak tetaplah indah dan bernilai seni. Selain itu batik abstrak dinilainya lebih bebas, dimana pembuatnya bisa menuangkan ide apapun di atas selembar kain mori.
"Apa yang ada di kepala langsung dituangkan, kadang juga spontan saja, tidak pernah mikir sebelumnya mau bikin apa mau bentuknya gimana, pokoknya ngalir begitu saja," ujar Warga Dusun Kendeng, Kelurahan Demen, Kecamatan Temon, Kulon Progo ini.
Alasan itu jugalah yang mendorongnya menamai usahanya dengan nama Batik Claring. Karena Claring atau pating claring dalam bahasa indonesia bisa dikatakan semrawut, ruwet, tidak berturan.
"Seperti itulah batik abstrak, tidak beraturan, semrawut. Tapi hasilnya tetap sebuah seni batik yang indah dan pasti membuat siapa saja yang melihat jatuh cinta," ujarnya.
Uniknya, ia mengaku gambaran-gambaran itu hadir secara tidak sengaja. Spontan muncul begitu saja ketika ia membatik.
"Kalau gambar itu spontan saja, karena itu tadi, seninya abstrak semua yang ada dikepala bisa jadi motif. Terkadang hanya coletan-coletan saja, terus ada ide sepertinya dibentuk begini bagus, dibentuk ini bagus, akhirnya ya jadilah gambar-gambar ini," ujarnya.
Kehadiran, gambar-gambar yang dikatannya tidak sengaja inilah yang membuat batik abstrak buatannya berbeda. Kehadiran gambar-gambar ini menjadikan batik abstrak Ngibad terlihat seperti kombinasi lukisan dan batik abstrak. Sangat indah dan menawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H