Penyair Muda Jangan Lupakan Penyair-penyair Lekra! oleh Bagus Hananto*
Lekra atau Lembaga Kebudayaan Rakyat adalah suatu organisasi sastra yang berafiliasi dengan PKI dulu pada tahun 60-an.Lekra adalah lembaga kebudayaan yang berisi banyak intelek dan cendekia terkemuka macam Pramoedya Ananta Toer pemenang Magsaysay Award di Filipina.Kisah Lekra sungguh tragis.Mereka dikucilkan negara,setelah Pak Harto menguasai RI akibat Supersemar.Mereka yang menentang rezim Harto harus dikucilkan atau diasingkan keluar negeri.Di negara-negara Eropa,sastrawan macam Utuy Tatang Sontani mati dan disemayamkan di sebuah desa kecil di Moscow Rusia.Sebenarnya paham sosial-realism yang diusung Pram cs waktu itu sangat klop dengan rakyat yang waktu itu masih melarat dan perlu bantuan dan siraman sastra.Tapi ada sebuah pergolakan dan orang-orang yang mengaku sastrawan berkumpul membuat petisi dan menyebutnya Manifest Kebudayaan.Ternyata setelah diusut lebih lanjutmanifes itu diboncengi oleh unsur militerisasi penggusuran tahta Bung Karno dari tampuk kepresidenan RI. H.B. Jassin, Wiratmo Soekito, dan Trisno Sumardjo  adalah penggagas Manifes.Wiratmo Soekito pernah mengaku bahwa ia bekerja pada dinas intelijen angkatan bersenjata secara sukarela untuk melengserkan Pak Karno dan sastra Manifes Menguasai kebudayaan RI hingga kini tanpa tahu sedikitpun kepada para pemuda bahwa puisi-puisi penyair prokomunis yang tidak mengandung unsur komunis macam Rivai Apin sengaja dilenyapkan dari kesusastraan Indonesia.Rivai Apin yang pernah berkolaborasi dengan Chairil Anwar dalam Buku ‘Tiga Menguak Takdir’ saya rasa harus di pampangkan sajak-sajaknya di LKS-LKS dan buku kurikulum siswa.Bukan hanya penyair manifes saja seperti Taufiq Ismail,Rendra,atau Goenawan Mohamad saja yang saban tahun puisi-puisinya nongol di buku siswa,Seperti puisi Taufiq yang nongol di buku lks SMA saya setahun lalu dan di saat try out saya tahun lalu.Kini penyair eksil(penyair yang dikucilka dan dibuang di negara2 Eropa) macam Mawie Ananta Jonie belum bisa kembali ke tanah Airnya karena masih dilarang.Lekra adalah bentuk organisasi besar yang anggotanya sekitar sejuta orang cendekia! Saran saya kepada penyair muda jangan lupakan Lekra! baca buku Bumi Manusia Pram,itulah inti kehidupan.Kesengsaraan mereka harus dituntaskan.Mereka sudah sengsara karena di penjara Rezim Korup Soeharto di pulau Buru,lantas hargailah tulisan-tulisan mereka jangan hanya lihat tulisan-tulisan penyair yang mengagung-agungkan dirinya sendiri.Lihat puisi mereka yang penuh derita dan penuh kekuatan menderu dan sarat sosial.Bukan sajak cengeng macam penyair Manifes punya! Ini saya perlihatkan sajak-sajak penyair masa lalu yang penuh unsur kekuatan kata2 dan tidak cengeng; Sutikno WS Ode apabila inilah hidupku di mana sawang senyap dan bintang gemerlap lebur dalam nestapa manusia serta rimba kelam yang bernyanyi luluh di desah engah napas-napas yang lelah apabila lagi yang harus kukatakan selain menabur cita-cita meremajakan harapan sudah tertumpah di sini setumpuk angan dan mereka yang hilang pun sudah mencatat pada tapak-tapak tangannya tentang hari-hari yang surut dan berlalu serta langit senyap yang memayungi keabadian cita-cita serta mimpi tunggal angkatannya sesungguhnya hari-hari begini panjang hari-hari begini pekat tapi pun hari-hari betapa saratnya di mana setiap orang menghayati kelahiran baru dalam pribadi mereka yang kehabisan air mata tetapi bukan cinta akan hidup yang tidak dipungkiri serta dunia yang dipilihnya namun adakah kesyahduan lebih syahdu dari nyanyian yang mengembara di padang-padang kepapaan dan mengapung seperti doa-doa kudus yang rawan? ah seandainya ini mengentalkan persahabatan dan meramahkan tutur kata di mana kelahiran demi kelahiran ada dalam kehangatan jalinannya dan apabila inilah hidupku o dengarlah anak-anak serta kekasih yang menanti pabila inilah panggilan yang mesti kupenuhi takkan lagi kuhitung tapak-tapak juga tangan yang menggeletar lunglai serta jantung yang mendeburkan rindu demi rindu pada segalanya yang sirna seperti mainan cahaya yang disapu senja tidak, sebab betapa semuanya sudah bagaikan putik yang mengorak di pangkal pagi menyalamkan gairah puja bagi dunia sesungguhnya inilah mawar dari segenap cintaku yang setangkai demi setangkai kusunting di penjuru negeriku maka apabila inilah hidupku, sepenuhnya jadilah ia hidup yang bukan menunggu waktu tapi adalah jalinan suara dan mainan warna yang lebur dalam titian cita-cita dan engkau yang menyertaiku dalam rindu bukalah hati dan jangan lagi ditangisi, o anak-anak dan kekasih yang menanti sebab bintang pun belum anti di tengah tasik hidupku ini (1974—Buru) Puisi-puisi Rivai Apin Mak Oi... Mak oi, sekiranya dunia masih minta dijelaskan Cemerlang apa yang begitu dicinta. Setidaknya, sayangku sayang, lupakan habis-habis, Kerna apa yang dipucuk hati, masihkah tidak membukti? Pikirkanlah tipuan-tipuan cerdik Dan khayal cat cantik-cantik Tentang berkata benar apa sungguh kejujuran begitu pelit? Sedemi cinta yang bisa berputik Dan belaian lidah bukan lagi kecupan palsu Benamkan kepalaku dalam-dalam di sumur dadamu Sehingga pada matahari aku tidak lagi malu Kau pun juga semoga, Lahir kita memang dari rahim yang begini Dan yang bukan putera nyata. Ia telah kita bunuh. *** Batu Tapal Pengertian kita ditapali batu dari Djokja Pengertian kita ditapali batu dari Djokja Biarpun apa jang terdjadi Pengertian kita ditapali batu dari Djokja. Angin bangkit berembus sarat mengandung bau majat-majat dari daerah mimpi jang telah terdjadi Ingatlah bila angin bangkü Ingatlah bila angin bangkü Bahwa daerah jang kita mimpikan Telah bermajat, banjak bermajat. Pengertian kita düapali batu dari Djokja Pengertian kita düapali batu dari Djokja Dan tidak ada jang dapat menggolakkannja. Ingatlah bila angin bangkü dan mengandung majat daerah jang belum didapat Ingatlah anak jang tidak punja kebun tempat bermain Anak jang tidak punja matahari untuk mainan. Musuh kita dapat memudja mati Dan merangkak dimalam bertanda mati Tapi pengertian kita tidak düapali, tidak düapali mati. Pengertian kita düapali batu dari Djokja Daerah kebun tempat anak bermain Dan matahari memburu awan. Pengertian kita düapali batu dari Djokja Pengertian kita düapali batu dari Djokja Biarpun opa jang terdjadi Pengertian kita düapali batu dari Djokja. (Siasat, 16/1/49) *** Elegi Apa yang bisa kami rasakan, tapi tak usah kami ucapkan Apa yang bisa kami pikirkan, tapi tak usah kami katakan Janganlah kau bersedih – dan mari kami lanjutkan Kami bawa ini kebenaran ke bintangnya dan ke buminya. Kami pun tahu, karena ada satu kata dari kau yang kami simpan Satu pandang dari tanah retak menggersang, Lalu sedu menyesak dada, Ah, kenangan padamu kan terus memburu,- menakutkan seperti bayang di pondok seloyongan, bila pelita telah dipasang. Tapi penuh kasih seperti Bapak yang mengulurkan tangan Dan kau kembali, seperti di hari-hari dulu ketika kau dan ini bumi mendegupkan hidup. Kami tak kan lupakan kau, ketika memburu dan ketika lari- karena apa yang kami buru dan apa yang kami lari untuk itu mau serahkan nyawamu Dan kami yang menimbang jasamu Pun tahu, seperti kau pun tahu, bahwa tak ada Dewa atau Tuhan lain yang berharga untuk dihidupi selain itu Berhembus pun topan di padang tandus ini Tapi tampak kami yang tertanam di padang gersang, di mana kau dalam terkubur Melanjutkan nyala, dan kami yang tegak berdiri di sini ialah api. Kita tahankan hidup di ini malam, yang akan melahirkan siang. Kita adalah anak-anak dari satu Bapa Kita adalah anak-anak dari satu Ibu Dan mati bagi kita hanyalah soal waktu Tapi kita semua mempertahankan satu Tuhan. Adik yang akan datang, Kakak yang telah pergi Kita angkutlah ini tanah-tanah yang retak, ini tanah-tanah yang gersang, Keberatan beban, kesakitan bahu memikul, dan kepahitan hati akan kekalahan Akan menyaratkan cinta pada kepercayaanyang kita peluk. (Majalah Siasat, 9 Januari 1949; Majalah Kreasi N° 24 1995) *** Melalui Siang Menembus Malam I Sebelum gadis-gadis djadi remadja, Sebelum daun-daun akan menghidjau dan bunga bewarna segar, Disempit pinggiran, dimana batas hanja bisa dirasakan - dan dia tidak akan meleset, tapi harus djudjur dalam pengakuan Air mata akan menakik pipi pikiran akan membakar hati, mendjadikan diri orang kering kurus sehabis njala. Musim kemarau telah bangkitkan dan hembuskan dan sebarkan napas kering maut, Kebenaran kegembiraan dalam ledakan pertama Dari balik tembok-tembok sepandjang gang-gang maut mengintai tak kundjung putus Manusia hanjalah anak dari beberapa djam. Anak Manusia jang sekarang ini hanjalah tahu tjita-tjita jang patah, burung-burung jang kehabisan njanji. Dan hatinja, dipadang kering, batu rengkah-rengkah digersangi harapan Kini dia telah pahit mulut dadanja berajutan, berat menarik kedalam kubur. II Kebenaran kegembiraan dalam ledakan pertama Kebenaran jang diakui hati tapi dipatahkan pikiran, karena dia minta djaminan bagi kehidupan seperti manusia biasa. Pahit pertama jang menjebar dalam mulut dan menuba dada Pengertian inilah: dia telah mengaburkan batas manusia biasa dan manusia luar biasa. Kedua-dua adalah anak-anak manusia. Jang ditentukan oleh beberapa djam 'pada pokok mula ialah perbuatan' Kebenaran jang diakui hati tapi dipatahkan pikiran. manusia luar biasa minta djaminan bagi kehidupan; Bagi orang jang lari sebagai binatang buruan: manusia biasa Datang meletjut pada luka-luka dia jang telah lari kedalam gua-gua terakhir karena dia tidak mau djadi barang sewa. III Demi tjinta dan djudjur mari kita berterus terang Ini hidup jang menghampar dihadapan kita demikian indah, demikian menarik dan penuh goda tapi djalannja telah menudju ketakutan dan setan-setan dipinggiran djalan bersorak-sorakan mengandjurkan. Arus jang telah diikutkan membuat lupa dan kemegahan membuktikan ketakutan ... Adakah suatu kemegahan itu bumi Adakah suatu kemegahan itu dasar Kemegahan jang telah dihantui oleh ketakutan dan penjesalan, tapi tak hendak diakui? IV Tjarilah penghabisan mimpi Tjarilah penghabisan njanji Tapi bagaimana? kedua-dua tidak akan habis-habis Kedua-dua tidak akan putus-putus Mereka kedua memang bisa, memang bisa, tapi bagaimana ... V Dimana achir daerah akan terdapat achir daerah, jang membuka kaki langu Tidak tjukup kesepian, tidak tjukup pembuangan tidak tjukup ketahanan dan kekuatan mendjedjak dasar Tidak diatas tanah bumi, tidak diatas air laut Dalam ketika-antara didalam djarak bumi dan laut Dan hirup udara dari dua rupa. Bumi jang punja rupa dan nama menguapkan awan sakal dan ... Diperhentian landjut Menjadari tempat dan ketika Kemenangan dan kekalahan Membuat pengakuan lalu pulang kegaris djalan, Tudjuan jang dimulai bersumber hati. VI Didaerah tudju jang membuka kaki langit didaerah jang setiap waktu dimandi hudjan, Biar diwaktu siang atau diwaktu malam. Tjari waktu jang tepat Tjari tempat jang wadjar, dan ingat Tidak ada waktu dan tempat bagi dia jang dilahirkan tjahaja dan hilang ditertawakan tjahaja. Dia jang dilahirkan ditengah malam terbongkar dengan hutan rimba jang satu waktu patah-patah dan lain waktu djadi padang kering Dia akan hidup menudju pantai dan djadi penguasa Karena dia pertjaja: Inilah bumi, air dan udara Diatas mana, didalam mana dan diantara mana Anak Manusia harus hidup. Dia perhitungkan segala hidup Dia buat perhitungan ditiap mati Dia hanja menggenggam nilai Laut kekalan jang tak kenal batas, diatas mana kapal, hidup berlajar Dia telah mandikan dirinja didalam biru, kedjudjuran laut dengan badai dan katja mata sumber segala jang hidup kepundan jang memantjarkan segala tenaga Dan gadis dengan keindahan penuh sehabis badai, Akan keluar dari laut jang biru bening. (Siasat, 1/5/49) Dan masih banyak penyair sekelas Chairil Anwar yang menurut saya patut dibaca sajak-sajaknya macam;Agam Wispi,Sitor Situmorang yang sajaknya khas berima dan seperti pantun,Sobron Aidit,Mawie Ananta Jonie dan masih banyak lagi.Carilah riwayat penyair-penyair lekra dan telaahlah sajak mereka.Sajak yang mempunyai kekuatan lebih,bukan sajak cengeng yang penuh dengan idiom-idom melemahkan.Penyair muda patut tahu,jangan hanya dijejali puisi-puisi itu-itu saja yang mengharapkan keabadiaan nama dan menebar reputasi lewat puisi.Lihatlah penyair yang dulu dikucilkan seperti;Putu Oka Sukanta.Sajaknya saya rasa sekelas sajak Pablo Neruda yang penuh dengan kesiksaan tapi dia membalasnya dengan kata-kata yang apik dan penuh ketabahan.Wahai penyair Muda,carilah terus sajak-sajak mereka dan nama-nama mereka yang sengaja dihilangkan dari kesusastraan Indonesia.Kita Angkatan Perubahan harus lebih jeli,jangan menutup mata.Buka lebar-lebar dan lihatlah penderitaan mereka dulu.Puisi yang baik adalah puisi yang abadi.Bukan kekuatan kata saja,tapi riwayat penyairnya juga.Saya rasa puisi-puisi mereka sekelas Si penyair ‘’Binatang Jalang’’ yang mati di usia muda.Kalau dia masih hidup,dia pilih Lekra atau Manifes? *)Bagus Hananto,Penyair muda.Lahir di Kudus,31 Agustus 1992.Menetap di Kudus Jateng. sedang mempersiapkan dua buku antologi puisinya  berjudul’’ Violet’’ dan ‘’Sajak-sajak Kejatuhan’’ tahun ini.Puisinya tersebar di berbagai media maya.Pintu silaturahim ke email bhananto@rocketmail.com  atau Facebook: http://www.facebook.com/jantearkidam atau twitter:@BagusOldschool
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H