Mohon tunggu...
Bagus Hananto
Bagus Hananto Mohon Tunggu... -

Penyair Muda dari Kota Kretek,Kudus Jawa Tengah.Mencoba Menggubah sebanyak-banyaknya puisi yang ada di pikiran dan kehidupan.Angkatan Baru Gede(Abg) Puisi,Epigram,Dan Haiku tersebar di berbagai dokumen di laptopnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kanonisasi Penyair Tua; Ketika Penyair Muda Kalah Reputasi Ketimbang Penyair Lama

24 April 2012   03:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:12 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita tahu,puisi adalah bentuk ungkapan secara tersirat dari penulis dalam hal ini penyair.Penyair mempunyai unsur penting dalam menyajikan dan menggubah katakata yang bergerumul diotaknya untuk dilontarkan ke secarik kertas untuk dijadikan puisi atau sajak.Penyair Muda sangat bergelora dalam menulis sajak-sajaknya apalagi kalau terus gagal dan gagal dalam menerbitkan karyanya di media-media massa.Adrenalin dalam mencapai suatu gaya penulisan yang setara dan berkelas seperti penyair-penyair lama terus dikembangkan penyair-penyair muda yang belum terekspose media dan selalu ditolak media.Kanonisasi semacam inilah yang menjadikan beberapa penyair muda geram dan akhirnya menumpahkan karya-karyanya di media maya seperti jejaring sosial Facebook dan Blog.Mereka mempublikasikan puisi-puisi mereka dan setelah saya analisis beberapa penyair muda,saya bilang bahwa puisi-puisi mereka juga layak diperbincangkan dan mendapat ''like'' yang juga banyak.Tapi karena pendektean para penyair tenar yang reputasinya sudah merambah di dunia internasional,penyair muda tergerus dan harus memilih beberapa jalan;1.ikut komunitas tertentu,atau tidak sama sekali karya mereka dipublikasikan,maka saya pernah juga mengakali suatu media massa koran dan berkata bahwa saya anggota dari komunitas sastra dikota saya,padahal tidak sama sekali itu demi sajak-sajak yang saya tulis supaya mampu diterbitkan di media massa dalam hal ini koran.Tapi lagi-lagi saya harus menggigit jari untuk kesekian kalinya,karena sajak saya gagal terbit dan melihat sajak penyair angkatan usang (maaf kalau saya lancang berkata) terlihat jreng di koran itu.Lagi saya harus kecewa.Penyair muda seharusnya diberi suatu kolom atau wadah tertentu di sebuah media massa,khusunya koran yang menampilkan sajak-sajak penyair muda setiap minggunya dan meletakkannya dalam suatu perbincangan bukan mendekte mereka dan mengumpulkan mereka dalam suatu forum yang selalu yang tua-tua yang bicara melulu.Penyair muda juga harus berani menerbitkan buku kumpulan puisi sendiri atau membuat kolaborasi buku dengan teman seangkatan,saya rasa itu berguna dalam memacu kreativitas dan kepercayaan diri seorang penyair muda.

Salam

kudus,april 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun