Pagi mulai menyinsing, namun matahari masih enggan melihatkan wajahnya, perjalanan masih sepi, suasana desa masih tertutup kabut, temperatur udara yang diperkirakan berkisar antara 10-20 derajat celcius memasuki celah-celah pakaianku.
Jika bukan panggilan tugas seorang pengabdi, sulit rasanya melawan kondisi cuaca yg tidak bersahabat. Pagi buta sudah melakukan aktivitas untuk memberikan pendidikan di desa yang terisolir. Suasana perjalanan masih lengang, karena warga masih betah bertahan didalam selimutnya, kalaupun ada yang sudah terjaga mereka lebih menikmati secangkir kopi yang ditemani singkong goreng untuk mengusir hawa dingin.
Beda halnya dengan teman saya, sebut saja Fendi yang harus bersiap-siap setelah shalat subuh melakukan perjalanan yang jauh berkisar antara 6-8jam PP, tergantung jenis kendaraan yang digunakan apakah roda dua atau empat.
Kebetulan saat ini saya berkesempatan menemani beliau bertugas ke Desa Talaok yang merupakan salah satu desa terpencil di Kab. Solok. Di desa Talaok inilah Fendi bertugas sebagai seorang guru matematika PNS yang baru saja menyelesaikan pendidikan strata 2 disalah satu Perguruan Tinggi di Jawa.
Selesai pendidikan beliau kembali mengabdi sebagai guru PNS di SMPN 4 Hiliran Gumanti yang terletak di Desa Talaok Kec. Hiliran Gumanti Kab. Solok Prov. Sumbar. Sekolah ini berada dibalik bebukitan sehingga untuk mencapai ke lokasi ini membutuhkan waktu yang panjang dan fisik yang sehat.
Sekolah menengah ini termasuk dalam kategori 3T (Terluar, Tertinggal, dan Terpencil), dan merupakan satu-satunya sekolah menengah pertama, sehingga bagi guru yang mengajar di sekolah tersebut akan mendapat dana konpensasi dari pusat sebagai pegawai di daerah khusus.
Medan perjalanan ke desa Talaok banyak tanjakan dan penurunan yang curam, tikungan yang tajam dengan pembatas sisi kanan adalah batu bebukitan, sisi kiri jurang sehingga harus ekstra hati-hati saat berkendaraan.
Namun selama perjalanan kita akan disuguhi view yang indah mulai dari pegunungan, gericik riak air pegunungan, danau kembar, jejeran pohon pinus yang menjulang, hamparan hijau kebun teh, sambutan riuh suara hewan di hutan, warna warni burung kecil, maupun susunan batu-batuan disepanjang jalan.
Perjalanan yang dilakukan membutuhkan kesabaran, jarak pandang yang terbatas karena masih diselimuti kabut sehingga menghambat laju kendaraan.
Selama perjalanan ia bercerita, bahwa kondisi sekolah yang terpencil menjadi penghambat bagi guru-guru yang bertugas disini, sebagian besar guru berasal dari desa setempat dan sebagian lagi dari desa atau kecamatan sebelah.
Walau sekolah ini berada di Kab. Solok namun waktu yg dibutuhkan sangat lama dibandingkan dari Solok ke Padang yang hanya 2 jam perjalanan saja.