Mohon tunggu...
Bagoes Rahmad
Bagoes Rahmad Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang

Ada kalanya menyerah dan ada kalanya menghantam,semua ada timingnya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sister City : Nyata atau Formalitas?

26 Januari 2021   05:50 Diperbarui: 26 Januari 2021   06:22 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sister City atau biasa disebut dengan Kota Kembar adalah kerjasama yang  disetujui dan terikat dalam jalan panjang yang dilakukan oleh dua kota berbeda di dua negara berbeda.Program ini juga mendorong semua yang terlibat didalamnya  mempromosikan perdamaian,pariwisata,rasa kepedulian,ataupun perasaan saling mengerti untuk kesejahteraan bersama.Budaya menjadi faktor penting yang mempengaruhi perdagangan lintas batas dan investasi.Karena dengan saling mengenal budaya satu sama lain maka,dalam beberapa waktu kedepannya bila ada konflik yang terjadi di antara kedua negara,akan cepat penyelesaiannya.Konsep hubungan Sister City sebagai sarana yang efektif untuk mendorong hubungan budaya dan ekonomi yang lebih erat antar negara.Untuk menjalin hubungan dengan kota yang akan menjadi Sister City, ada beberapa prinsip yang dijadikan acuan meskipun antara satu kota dengan kota lainnya prinsip ini dapat berbeda-beda. Prinsip-prinsip tersebut antara lain yakni:similaritas,pertukaran,hubungan timbal balik,berorientasi pada masyarakat,manfaat strategis,eksklusivitas,kedekatan,dan kestabilan politik.Tujuan utama dari diadakannya program Sister City ialah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di beberapa kota di negara berkembang.Dengan menjalin hubungan dekat dengan kota dari negara lain,pasti berharap dapat menghasilkan sesuatu dan hasil yang bagus di masa mendatang.Jakarta, misalnya, memiliki jumlah sister city terbanyak dengan jumlah 49 Sister City pada tahun 2014 dengan 21 diantaranya kota-kota di luar negeri.Hasilnya dapat dilihat,Jakarta menjadi kota yang paling bisa dibilang advance dari kota" besar lainnya di Indonesia selain menjadi ibukota dari Indonesia.

Seperti contohnya dari negara Indonesia dan negara China.Rencana skema Sister City yang dilakukan oleh kota Malang dan kota Fu Qing adalah untuk memfokuskan pada bidang perdagangan, pendidikan, pariwisata dan kebudayaan.Karena secara geografi,kedua kota memiliki persamaan yakni adanya kawasan urban dan pedesaan.Mungkin yang membedakan hanyalah musim dan cuacanya.Hal tersebut merupakan salah satu keuntungan strategis dan seimbang.Kota Malang yang akhir" ini menderita banjir gara-gara infrastruktur drainase yang kurang maksimal,mungkin dapat mendapatkan ilmu yang lebih dari tatanan infrastruktur Kota Fu Qing.Sebaliknya dengan adanya kerja sama ini,Kota Fu Qing berharap akses ketika mengunjungi Kota Malang akan semakin mudah dengan cara mengirimkan tenaga pengajar Bahasa China ke Kota Malang.Walikota Malang Moch Anton dan Walikota Fu Qing Zhang Fan,percaya sekaligus berharap mampu menjalin kemitraan dan program kerjasama yang dapat menjadi pondasi kemajuan pembangunan serta hubungan kemasyarakatan di antara kedua negara itu di masa yang akan mendatang.

Sudah 3 tahun sejak MoU tersebut ditandangani,namun belum ada pergerakan atau hasil yang terlihat dari kerja sama tersebut.Normalnya dalam setahun,mungkin sudah ada beberapa program yang berhasil dijalankan dan menunjukkan efeknya.Bila begitu tidak mungkin tidak diberitakan ke media massa sebagai salah satu keberhasilan program Sister City.Dan bila ditelisik lagi,kedua negara tersebut memiliki ideolgi yang berbeda walaupun sudah berhubungan dekat selama kurang lebih 70 tahun.Dalam hal pendidikan mungkin mengalami sedikit hambatan,karena yang dianut China adalah komunis,sedangkan indonesia menjunjung tinggi pancasila,yang jelas sangat berseberangan.Kemudian adanya utang Indonesia terhadap China yang jumlahnya sudah terlampau besar.Mungkin bila kekuatan dari kedua pihak seimbang,mungkin tidak perlu sampai 3-5 tahun untuk menunggu hasilnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun