Hutan berjuta - juta hektare dengan segala isi didalamnya,Laut yang luas dengan segala isinya, hamparan sawah dan tanah yang subur untuk keperluan Pertanian dan perkebunan, Pertambangan yang cukup banyak dari mulai minyak, batubara,gas,nikel,tembaga, besi dan lain sebagainya.
Itulah kekayaan negara kita tercinta ini. Bahkan dalam lagu koes plus " Tanah kita tanah surga, kayu dan batu jadi tanaman....." dst. Tetapi tidak semua rakyat dapat menikmatinya masih banyak rakyat miskin kita . Apa yang salah dengan negara ini? Apakah rakyat? Ataukah yang mengurus rakyat?
Pertanyaan tersebut timbul setelah kita bisa tengok berapa ratus hektare kerusakan lingkungan di Indonesia tiap hari tanpa ada kesejahteraan yang dihasilkan untuk rakyat.
Tambang batu bara yang dihasilkan diangkut menggunakan truk-truk besar dia atas 12 ton tiap hari lewat jalan yang notabene dipakai oleh rakyat rusak dan hancur.Hal ini bisa kita tengok di Jalan Jambi Batanghari . Hal ini bertentangan dengan aturan fasilitas publik yang akhir-akhir ini didengung-dengungkan. Rakyat tidak ada yang protes tentang kerusakan jalan ini. Pejabat pmerintah semua diam dengan kejadian jalan rusak akibat truk-truk tronton bermuatan batubara. Yang jadi pertanyaan penulis, Apa arti sikap diam yang ditunjukan pejabat daerah?
Rakyat kecil lagi yang menjadi korbanya, para pengusaha dapat mengeruk Sumber daya alam tiap hari beratus ratus juta masuk ke kantongnya, rakyat hanya bisa menghirup debu yang tiap hari beterbangan. Sungguh sangat ironis dan berbanding terbalik dengan kekayaan alam kita.
Bisa kita bandingkan dengan negara jepang yang sebenarnya tidak mempunyai Sumber daya alam. tetapi berkat kedisiplinan, keuletan mereka dapat jadi negara maju.Harusnya kita bisa introspeksi dengan negara lain, dengan kerusakan lingkungan tiap hari. Ada Pepatah mengatakan " Tikus kelaparan di lumbung padi"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI