Kemajuan teknologi di zaman sekarang sangatlah pesat, banyak sekali manfaat yang dirasakan oleh masyarakat, khususnya pada bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, dimana kita dapat mendapatkan berita terkini dengan sangat mudah, hanya dengan modal kuota internet kita dapat mengakses halaman berita elektronik sepuasnya dan bebas membuka berita dalam berbagai bidang, baik itu bidang kesehatan, ekonomi, olahraga, politik dan lainnya. Sangatlah berbeda dengan teknologi informasi zaman dahulu, dimana jika ingin mengetahui berita terkini harus menunggu datangnya media cetak, misalnya koran dan pembahasannya pun sangatlah terbatas.
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa dibalik banyaknya manfaat teknologi masa kini, banyak pula sisi negatif yang ditimbulkan. Apalagi pada saat ini, ketika Indonesia diguncang dengan adanya virus corona varian omicron, yang menyebabkan indonesia terancam masuk gelombang ke-3 Covid-19. Melihat pada kilas balik sebelumnya, ketika Indonesia dilanda pandemi, banyak sekali informasi yang beredar dengan sangat cepat namun tidak tahu siapa penanggung jawabnya, sehingga banyak yang menjadi korban baik dari segi ekonomi, psikis, bahkan kesehatan yang dikhawatirkan berpotensi merenggut nyawanya. Berbekal dari peristiwa tersebut, maka kita harus sadar dan terus belajar tentang pentingnya pemahaman literasi digital khususnya Edukasi tentang Hoaks.
Menurut KBBI, hoaks berarti berita bohong, berita tanpa sumber. Menurut Silverman (2015), hoaks adalah kumpulan informasi yang sengaja menyesatkan, tetapi “dijual” sebagai kebenaran. Menurut Werme (2016), berita bohong didefinisikan sebagai berita palsu yang berisi informasi yang sengaja menyesatkan dan memiliki agenda politik tertentu. Hoaks tidak hanya menyesatkan, informasi berita palsu tidak berdasar dan disajikan seolah-olah merupakan rangkaian fakta.
Pada kesempatan ini, saya sebagai mahasiswa sedang melaksanakan kewajiban yaitu mengikuti KKN TEMATIK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tahun 2022 dengan tema Literasi Digital, yang bertujuan untuk mengembangkan literasi digital di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup. Dimana pelaksanaannya pada tanggal 08 Januari – 08 Februari 2022, yang masih dilakukan secara daring bertempat sesuai domisilinya masing-masing. Namun pada pelaksanaannya saya menggunakan pendekatan kelompok terbatas, yang telah memenuhi syarat sesuai aturan yang tercantum pada buku panduan, saya berkolaborasi dengan teman saya yaitu Wahyu Hermawan dan M. Ikhsan Nur Zam-zam.
Sepakat untuk melaksanakan program ini didaerah Tanjungkerta, tepatnya di Dusun Bihbul, Desa Awilega. Disana kami disambut dengan sangat baik oleh pihak desa dan masyarakat, sehingga menumbuhkan rasa semangat yang bergema untuk mengabdi, belajar, dan berbagi kebermanfaatan.
Dalam program yang saya rancang, saya menargetkan sasaran kepada ibu-ibu, karena menurut data analisis dari Kementrian Komunikasi dan Informatika tahun 2018, mayoritas penyebar hoaks itu orang tua yaitu ibu-ibu, dan setelah saya data ada sekitar 32 ibu-ibu di Dusun Bihbul yang akan ikut serta dalam program tersebut. Di pertemuan pertama, saya menyebar angket untuk mengetahui tingkat kemampuan literasi digital, dan setelah diidentifikasi menghasilkan data bahwa masih ada yang belum paham literasi digital bahkan hoaks. Setelah itu dilaksanakan serangkaian program yang sebelumnya telah saya rencanakan, salah satunya program pematerian tentang Literasi Digital dan Edukasi Anti-Hoaks, dimana dilakukan dengan metode pelaksanaan luring di Masjid Al-Hidayah dan daring menggunakan aplkasi Whatsapp, Instagram, dan Zoom Meeting.