Taman Budaya Sumatra Barat memiliki potensi besar untuk menjadi pusat revitalisasi mental sadar budaya. Namun, potensi ini hanya dapat terwujud melalui kerja sama yang erat antara berbagai pihak, tidak hanya seniman dan budayawan, namun juga pemerintah, komunitas lokal, dan institusi pendidikan. Dengan pendekatan yang inovatif dan inklusif, Taman Budaya dapat menjadi katalisator dalam membangun kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya lokal.
Hal itu diungkapkan Dosen Fakultas Ilmu Sosial Prodi Komunikasi Universitas Negeri Padang Dr. Mohammad Isa Gautama, M.Si, pada Panggung Ekspresi dan Orasi Budaya Forum Perjuangan Seniman Sumatera Barat, Sabtu (28/12/2024) malam, di gerbang depan Taman Budaya Sumatera Barat jalan Diponegoro Padang. Acara yang dipandu Fauzul el Nurca, juga dimeriahkan dengan pertunjukan tari, baca puisi, nyanyi dan pengantar oleh Presidium Forum Perjuangan Seniman Sumatera Barat Syarifuddin Arifin.
Menurut Isa Gautama, membangun mental sadar budaya bukanlah tugas yang mudah, tetapi ini adalah langkah yang harus diambil demi keberlanjutan identitas budaya kita di tengah arus globalisasi. Mari bersama-sama menjadikan Taman Budaya Sumatra Barat sebagai simbol kebangkitan budaya dan identitas kita.
"Pendidikan memainkan peran kunci dalam menanamkan mental sadar budaya sejak dini. Saat ini, masih banyak sekolah di Sumatra Barat belum sepenuhnya mengintegrasikan muatan budaya lokal ke dalam muatan kurikulum. Padahal, kurikulum berbasis budaya dapat menjadi media untuk mengenalkan nilai-nilai "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah"," kata Isa Gautama dengan judul orasi, "Taman Budaya Sumatra Barat: Menuju Mental Sadar Budaya".
Dikatakan Isa, Â kolaborasi antara Taman Budaya dan institusi pendidikan sangat diperlukan. Melalui program seperti "Kelas Budaya," siswa dapat belajar seni tari, musik tradisional, atau sastra daerah langsung di lingkungan Taman Budaya. Selain itu, pelatihan bagi guru tentang metode pengajaran berbasis budaya juga penting agar nilai-nilai lokal dapat disampaikan secara menarik dan relevan.
"Pendidikan informal melalui media sosial juga bisa menjadi strategi yang efektif. Kampanye budaya dengan konten kreatif, seperti video pendek tentang seni tradisional atau kuis interaktif, dapat menarik perhatian generasi muda sekaligus meningkatkan pengetahuan mereka tentang budaya lokal. Melibatkan keluarga dalam pendidikan budaya juga penting. Orang tua dapat diajak untuk aktif mengenalkan budaya lokal kepada anak-anak mereka melalui kegiatan sehari-hari seperti mendongeng atau memasak makanan tradisional. Dengan cara ini, pendidikan budaya menjadi tanggung jawab bersama," kata Isa yang juga Anggota SatuPena Provinsi Sumatera Barat ini.. Â
Isa mengakui, pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam mendukung revitalisasi budaya lokal. Alokasi anggaran yang memadai untuk program budaya, pemeliharaan fasilitas, dan promosi budaya adalah langkah yang tidak bisa diabaikan. Sayangnya, laporan APBD Sumatra Barat 2023 menunjukkan bahwa hanya 2% dari anggaran daerah yang dialokasikan untuk sektor budaya.
"Ke depan, komunitas lokal harus menjadi motor penggerak dalam menjaga keberlanjutan budaya. Melalui kegiatan berbasis komunitas, seperti festival adat atau lomba seni tradisional, masyarakat dapat berperan aktif dalam melestarikan budaya mereka. Sinergi antara seniman, pemerintah, komunitas, dan Taman Budaya akan menciptakan ekosistem budaya yang lebih kuat," tutur Isa yang juga seorang penulis ini.
Menurut Isa, Â pemberdayaan ekonomi berbasis budaya juga perlu diperhatikan. Produk kerajinan tangan, kuliner khas, dan seni pertunjukan dapat menjadi sumber pendapatan yang mendukung pelestarian budaya. Dengan adanya insentif dan pelatihan kewirausahaan, masyarakat akan lebih terdorong untuk melestarikan warisan budaya mereka.
"Yang tak kalah pentingnya adalah, pemerintah juga harus memberikan perlindungan hukum terhadap budaya lokal. Misalnya, hak kekayaan intelektual atas seni dan tradisi lokal harus dilindungi agar tidak dieksploitasi oleh pihak luar tanpa izin. Ini juga akan memberikan motivasi kepada seniman lokal untuk terus berkarya," kata Isa yang juga membacakan dua puisinya menjelang acara berakhir.
Menurut Isa Gautama, membangun kesadaran budaya memerlukan pendekatan sistemik. Hal ini termasuk kurikulum pendidikan yang menonjolkan nilai-nilai budaya lokal, menanamkan karakter dan mental sadar budaya kepada generasi penerus yang notabene di masa depan akan menjadi agen perubahan dan pemajuan kebudayaan itu sendiri. Pendidikan sadar budaya mesti dapat diupayakan dan bukan suatu hal yang tidak mungkin tumbuh dan direkomendasikan dari Taman Budaya Sumatera Barat, tempat bermukimnya para seniman dan budayawan. Pendidikan dasar dan menengah, yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten dan Provinsi tentunya mesti membuka diri tidak saja dari akademisi budaya namun juga dari para seniman dan budayawan dalam merancang materi kurikulum sadar budaya.Â
"Sekali lagi, kesadaran budaya tidak hanya penting untuk mempertahankan identitas, tetapi juga untuk memperkuat daya saing. Dengan budaya sebagai modal sosial, Sumatra Barat diyakini dapat menghadapi tantangan globalisasi dengan percaya diri. Â Kesadaran budaya juga berkaitan dengan penguatan solidaritas sosial. Budaya dapat menjadi perekat yang menyatukan berbagai elemen masyarakat, terutama di tengah ancaman polarisasi sosial yang kian meningkat," sebut Isa.
Sebagai ruang publik, kata Isa Gautama, Taman Budaya Sumatera Barat berpotensi menjadi tempat interaksi lintas generasi dan lintas komunitas. Sayangnya, data kunjungan menunjukkan bahwa hanya 25% masyarakat lokal yang memanfaatkan fasilitas ini secara rutin. Sebagian besar pengunjung terdiri dari wisatawan atau komunitas seni tertentu.
Untuk mengoptimalkan fungsi ini, Taman Budaya perlu memperluas program yang melibatkan masyarakat umum. Kolaborasi dengan sekolah dan perguruan tinggi perlu dirancang secara optimal agar dapat meningkatkan kunjungan pelajar dan mahasiswa ke Taman Budaya, sehingga mereka lebih mengenal warisan budaya daerah, kata Isa menambahkan.
Panggung Ekspresi dan Orasi Budaya digelar Presidium Forum Perjuangan Seniman Sumatera Barat, berlangsung pukul 20.00 hingga 23.00 WIB. Tampak hadir diantaranya Ery Mefry, Hermawan, Adria Catri Tamsin, Trikora Irianto, Â seniman/budayawan lainnya, dan wartawan. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H