Mohon tunggu...
Muhammad Bagas Satrio Wibowo
Muhammad Bagas Satrio Wibowo Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Muhammadiyah Malang - Photographer dan Videographer - masak di @kala.tera

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Radio: Antara Bertahan atau Dilepaskan

25 April 2021   16:30 Diperbarui: 25 April 2021   16:56 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru baru ini, Media Sosial dihebohkan dengan adanya kabar berhentinya salah satu penyiar radio, Gofar Hilman Bersama partnernya, Surya Insomnia sebagai penyiar pada salah satu program Hardrock FM jakarta “Good Morning HardRockers”. Hal ini dapat dikatakan menjadi berita kehilangan besar bagi pendengar radio di tahun 2021. Gofar Hilman telah mengabdi sebagai penyiar radio di Hardock FM Jakarta selama 9 tahun dari 2012 sampai 2021. 

Dilansir dari youtube Gofar Hilman di video dengan judul “selamat tinggal Hard Rock FM”, ia mengatakan bahwa kini sudah tidak begitu bersemangat lagi untuk melakukan siaran. Walau demikian, ia juga mengatakan bahwa cita citanya yang masih besar untuk memiliki stasiun radio sendiri dan kecintaan Gofar Hilman terhadap dunia radio tidak akan hilang. 

Dengan adanya berita tersebut, radio sepertinya sudah semakin kehilangan eksistensinya di dunia media. Rradio memiliki beberapa fase kehilangan pendengarnya. 

Di awal tahun 80’an saat kemunculan televisi amerika, sempat muncul kalimat “video killed the radio star”. Kalimat ini dapat muncul karena saat itu, konsumsi masyarakat terhadap radio sangatlah besar, dan masyarakat sebagai pendengar hanya mampu berimajinasi dengan apa yang diucapkan oleh penyiar dari radio tersebut. Kemudian, munculah video yang menghadirkan Audio dan Visual yang mampu dinikmati masyarakat. walaupun di tahun awal kemunculan televisi hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang, namun, tidak perlu waktu lama, peralihan yang terjadi dari radio ke Televisi sangatlah besar. Sehingga munculah kalimat tersebut.

 pada tahun 2005, salah satu perusahaan teknologi "Apple" mengeluarkan fitur Podcast yang merupakan kepanjangan dari “play on demand” dan “broadcast”. Nama tersebut dicetus oleh Ben Hammersley pada tahun 2004 dan di aplikasikan ke produk yang dimiliki Apple di tahun berikutnya. Kehadiran podcast membuat ancaman baru bagi radio. 

Masyarakat bisa mendengarkan konten yang sama yang dimiliki oleh radio seperti interview, namun dapat diulang Kembali. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri bagi Podcast. Namun, karena sulitnya akses bagi masyarakat untuk mendengarkan podcast menjadikan podcast tidak laku pada saat itu. Di indonesia sendiri, podcast baru menjadi media yang besar di tahun 2017 sampai sekarang. dan semenjak podcast menjadi media besar di indonesia, konsumsi masyarakat terhadap radio semakin berkurang lagi. 

Lebih dari 30 tahun televisi berjalan, Radio tetap memiliki eksistensi dan menemukan penikmatnya sendiri. Masih banyak diantara kita yang masih mendengarkan radio bahkan sampai saat ini. Hal ini menjadikan apakah kalimat “video killed the radio star” benar benar terjadi? Saat ini saja, televisi telah kehilangan penikmatnya semenjak adanya kemudahan masyarakat untuk mengakses internet dan media sosial. Banyak masyarakat yang telah meninggalkan televisi dan beralih ke platform media sosial lain seperti youtube, istagram, twitter, dan sebagainya. 

Setelah ditelaah kembali, radio memiliki satu hal yang tidak dimiliki oleh platform media lain. Yaitu element of suprises. Dimana, pendengar tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh penyiar dan pendengar menunggu nunggu apa yang akan dikatakan oleh penyiar, hal ini menjadi keistimewaan tersendiri pada sebuah radio. Lain dengan apa yang ada di media sosial saat ini. Semisal kita tertinggal pada tayangan sebelumnya, dengan mudah kita hanyak perlu playback podcast/video yang sedang kita dengarkan tersebut. 

Bagaimana pun juga, perkembangan media saat ini sangatlah pesat. Sudah 100 tahun lebih radio hadir sebagai media yang digemari untuk dikonsumsi oleh masyarakat namun kini, Radio dapat dikatakan menjadi salah satu media diurutan terbawah. Namun, apakah radio akan hilang? Atau tetap bertahan? tidak ada yang tahu dengan itu. 

sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, penulis menganalisis bahwa perkembangan radio mampu bertahan atau tidak bergantung pada tindakan masyarakat dalam menikmati sebuah media. kekuatan radio ada pada para pendengarnya. apakah pendengar masih menganggap radio menjadi media yang relevan atau tidak?

walau begitu, Radio masih memiliki nilai sentimentil tersendiri bagi sebagian orang. namun, satu hal yang pasti harus dipahami masyarakat adalah apapun platform media yang digunakan, masyarakat perlu berhati hati dalam mencerna sebuah media yang dikonsumsi untuk menghindari adanya kesalahan informasi yang mampu menganggu kehidupan sosialnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun