Mohon tunggu...
Bagas Saputro
Bagas Saputro Mohon Tunggu... -

Mahasiswa \r\nFKIP UMS Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Upaya Imitasi Calon Pendidik

18 Maret 2015   11:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:29 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kita tidak selamanya menata kepribadian hanya berpaku pada satu tingkah laku seseorang, melainkan kepada semua orang yg notabene tingkah laku tsb sesuai dengan etika keprofesionalan sesuai di bidangnya.

Sebelum jadi guru sesungguhnya, para calon guru sdh dibekali pengetahuan yg luas tentang etika (baik-buruknya) seseorang. Hal tsb bisa kita peroleh dari pendidikan orang tua, guru/ustad, teman sejawat, dan hingga perkuliahan di mana dosen menjadi titik sentral perhatian para calon pendidik.

Disini para pendidik bangsa harus jeli dalam mencontoh kepribadian mereka. Berikan pemahaman kepada diri kita bahwa manusia bukan Tuhan juga bukan malaikat yg selamanya benar, melainkan suatu makhluk yg diberi akal, hati dan nafsu untuk selalu berusaha mendekat kepada kebenaran.

Jika kesemua itu dipakai sesuai dg porsinya, manusia tak akan terlelap dalam gua yang gelap sehingga tidak menimbulkan tingkah laku yg menyimpang dari norma.
Tapi? Manusia bukan Tuhan juga bukan malaikat.
Jadi semua orang terdapat kesalahan, baik itu orang tua, guru/ustadz, dosen, teman sejawat, dll. Nah disitulah peran akal kita dalam meniru tingkah laku seseorang yg menjadi acuan kepribadian kita.

Mari kita ambil dan tiru tingkah laku baik seseorang, tetapi yg buruk kita buang jauh-jauh hingga tak membekas pada diri kita baik itu orang tua, guru, teman sejawat, dosen, dll.
Dan sebagai umat beragama sdh sepantasnya kita utk selalu mengingatkan kepadanya dengan baik apabila ada kesalahan bukan dimarahi, dihina, dicaci maki, di bully dan lain sebagainya.
Ketika semua itu kita jalankan dengan semestinya (amar ma'ruf nahi munkar) kita akan menjadi manusia yg beruntung, baik dunia maupun akhirat. (Ali-Imran 104)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun