Mohon tunggu...
Bagas Respati
Bagas Respati Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kepalsuan di Antara Realita

13 Oktober 2017   10:26 Diperbarui: 13 Oktober 2017   10:44 2295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Topeng. Semua orang menggunakannya. Wajah yang berbeda dalam kondisi yang berbeda. Meskipun masih pada latar yang sama. Aku pun sama. Namun terkadang. Jika kita memaksakan diri untuk menggunakan wajah yang berbeda dengan keadaan. Itu bisa menyiksa. Berawal dari mental. Berujung di air mata yang tak terduga.

Untukku. Sangat mudah untuk mengganti wajah. Beda lawan main. Beda wajah. Itu perlu. Walau besar kemungkinan. Teman adalah hal yang fana pada akhirnya. Kecuali tiga. Mereka yang tak perduli akan reaksi. Walau kadang ku benci. Namun tak kutampakkan. Karena ku takut mereka pergi. Walau itu kecil kemungkinan.

Beranjak dewasa. Kumulai terbiasa akan kepalsuan. Semua adalah palsu. Meski dari orang terdekat. Walau hanya sebuah anggapan. Namun kuanggap benar. Karena ku takut untuk berharap. Bagiku. Harapan adalah pintu kekecewaan. Memang ku tak bisa sendiri. Tapi yang perlu kalian tau. Setiap waktuku. Kurasa selalu sendiri. Karena tadi. Semua itu fana.

Merasa dekat. Hal yang selalu kutunjukan. Agar tak ada yang meninggalkan. Dan tentu. Itu fana. Aku tak percaya akan apa yang dinamakan sahabat. Teman. Apapun itu. Karena teman bagiku hanyalah seorang asing yang memiliki kebutuhan dan akan terpenuhi jika denganku. Atau orang lain. Namun kembali. Kecuali tiga. Mereka bagai keluarga. Yang saat kita jauh. Tanpa atau dengan alasan akan kembali. Karena sejatinya. Keluarga akan selalu memiliki tempat untuk pulang. Tanpa harus ada kebutuhan.

-Res

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun