Desa Klumutan, yang terletak di Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, memiliki jumlah penduduk sekitar 2.500 orang dan dikelilingi oleh daerah perbukitan, sering mengalami banjir saat musim hujan. Banjir ini tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat, tetapi juga merusak infrastruktur, lahan pertanian, dan mengancam kesehatan warga. Hampir bisa dipastikan, setiap datang musim hujan, sungai di Desa Klumutan meluap setidaknya satu kali. Suparti, seorang warga Desa Klumutan, mengatakan pada banjir yang menerjang rumahnya, Rabu (19/1/2022) lebih parah dibandingkan banjir sebelumnya yang terjadi beberapa pekan lalu. "Biasanya habis Magrib air naik lalu jam 8-an surut. Tapi kemarin sampai jam 10 malam baru surut," kata Suparti. Ia pun harus mengungsi ke rumah anaknya. Walaupun juga kebanjiran, namun rumah anaknya tersebut berlantai dua (sumber: TribunJatim.com).
Faktor utama terjadinya banjir di Desa Klumutan ialah kemiringan tanah, tanah di dusun yang terkena banjir sedikit lebih curam dibandingkan dengan tanah dusun lainnya. Hal ini mengakibatkan apabila terjadi hujan yang berkepanjangan, daerah dusun  yang curam tadi rawan terkena bencana banjir. Selain faktor tersebut, ada lagi faktor penting lainnya, bahwa banjir tersebut adalah banjir kiriman dari desa tetangga dan juga curah hujan yang tinggi, kondisi drainase yang buruk, penggundulan hutan, dan perubahan tata guna lahan. Selasa (9/4/2024) banjir kembali melanda wilayah Kabupaten Madiun, kali ini menimpa desa di Kecamatan Saradan. Desa Klumutan menjadi titik awal terdampaknya banjir, disusul oleh Desa Kedungmaron dan di Desa Kedungrejo Kecamatan Pilangkenceng. Peristiwa ini dipicu oleh meluapnya Sungai Jeroan akibat hujan deras yang mengguyur sejak malam pukul 21.00 WIB hingga dini hari pukul 01.30 WIB.
Faktor utama terjadinya banjir di Desa Klumutan ialah kemiringan tanah. Tanah di dusun yang terkena banjir sedikit lebih curam dibandingkan dengan tanah dusun lainnya. Hal ini mengakibatkan apabila terjadi hujan yang berkepanjangan, daerah dusun yang curam tadi rawan terkena bencana banjir. Selain faktor tersebut, ada lagi faktor penting lainnya, bahwa banjir tersebut adalah banjir kiriman dari desa tetangga, curah hujan yang tinggi, kondisi drainase yang buruk, penggundulan hutan, dan perubahan tata guna lahan.
Selasa (9/4/2024), banjir kembali melanda wilayah Kabupaten Madiun, kali ini menimpa desa di Kecamatan Saradan. Desa Klumutan menjadi titik awal terdampaknya banjir, disusul oleh Desa Kedungmaron dan Desa Kedungrejo Kecamatan Pilangkenceng. Peristiwa ini dipicu oleh meluapnya Sungai Jeroan akibat hujan deras yang mengguyur sejak malam pukul 21.00 WIB hingga dini hari pukul 01.30 WIB.
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun, Boby Saktia Putra Lubis, "Sampai dengan pantauan pagi tadi, sebelum waktu sahur, alhamdulillah banjir di Klumutan sudah surut. Saat banjir malam tadi, warga melakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih tinggi." Tim BPBD membantu membersihkan rumah warga di Desa Klumutan, selanjutnya melakukan identifikasi terhadap warga yang terdampak banjir menyusuri desa-desa yang terkena dampak, dari Klumutan, Kedungrejo, hingga Kedungmaron. Namun, belum ada kebutuhan untuk melakukan evakuasi secara massal. "Informasi yang kami terima, banjir di Klumutan kemudian merambah ke Desa Kedungmaron, dan sekarang berada di Desa Kedungrejo serta Desa Wonoayu. Selanjutnya, kami juga memperhatikan Dusun Klubuk yang telah diinstruksikan untuk siaga," ungkap Boby. Sementara ini, kerusakan masih dalam proses pendataan, dengan fokus utama tim BPBD adalah pada evakuasi warga yang membutuhkan. "Kami berharap agar hujan tidak turun lagi hari ini, sehingga air di Desa Kedungrejo yang terdampak sekitar 4 RT ini dapat segera surut. Perkiraan kami adalah sekitar 3-4 jam ke depan," tambah Boby. Situasi ini masih terus dipantau dan langkah-langkah penanganan darurat terus dijalankan oleh tim BPBD Kabupaten Madiun demi keselamatan masyarakat terdampak (sumber: https://madiunkab.go.id/banjir-kembali-melanda-kabupaten-madiun-desa-di-kecamatan-saradan-dan-kecamatan-pilangkenceng-terdampak/)
Curah hujan yang lebat meningkatkan volume air, sehingga sistem drainase tidak mampu menampung air yang berlebihan. Saluran drainase yang ada tidak cukup besar dan sering tersumbat oleh sampah dan sedimentasi. Selain itu, penebangan pohon di daerah hulu mengurangi penyerapan air, sehingga air hujan langsung mengalir ke daerah hilir. Perubahan lahan dari hutan atau sawah menjadi permukiman atau lahan industri juga mengurangi kemampuan tanah menyerap air.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang holistik dan melibatkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Salah satu solusinya yaitu :
1. Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur Drainase